Agarwarna cat rambutmu bisa meresap dengan baik sebaiknya kamu tidak mencuci rambut keramas setidaknya 48 jam setelah pewarnaan. Grafik tersebut menunjukkan pigmen yang mendasari setiap warna rambut dan warna apa yang kemungkinan besar akan Anda alami setelah bleachingOrang-orang dengan rambut gelap memiliki undertone paling oranye
Pewarnaan kain batik dapat dilakukan dengan menggunakan zat warna alami dan zat warna sintetis. Keunggulan zat warna alam antara lain lebih murah, ramah lingkungan, dan menghasilkan warna yang khas. Salah satu zat warna alam yang berasal dari limbah yang dapat dimanfaatkan adalah limbah kulit buah rambutan. Kelemahan dari penggunaan pewarna alam yaitu ketahanan luntur warna dan intesitas ketuaan warna yang relatif kurang baik. Penggunaan zat fiksasi adalah salah alternatif untuk memecahkan masalah tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pengaruh penggunaan konsentrasi dan jenis zat fiksasi kapur, tawas dan tunjung pada proses fiksasi terhadap daya tahan luntur dan penodaan warna kain batik katun yang dicelup dengan zwa ekstrak kulit buah rambutan. Bahan yang digunakan adalah kain batik katun yang dicelup dengan ekstrak zwa kulit buah rambutan, kemudian dilanjutkan pengerjaan fiksasi pada larutan kapur dengan variasi konsentrasi 5 g/l, 25 g/l dan 45 g/l pada setiap zat fiksasi sebagai variabel bebas dan variabel terikat yaitu ketahanan luntur dan penodaan warna terhadap pencucian. Hasil uji ketahanan luntur dan penodaan warna menunjukkan bahwa penggunaan zat fiksasi tawas didapatkan nilai ketahanan luntur yang lebih baik dibandingkan dengan zat fiksasi kapur dan tunjung sedangkan pada konsentrasi zat fiksasi yang berbeda menunjukkan bahwa pada penggunaan konsentrasi bahan fiksasi yang lebih tinggi 25% dan 45%, nilai greyscale dan stainingscale akan semakin baik. Kata kunci rambutan, pewarna alam, kain, fiksasi Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free 85 STUDI PENGARUH JENIS DAN KONSENTRASI ZAT FIKSASI TERHADAP KUALITAS WARNA KAIN BATIK DENGAN PEWARNA ALAM LIMBAH KULIT BUAH RAMBUTAN Nephelium lappaceum Study on Effect of Fixation Substance Types and Concentrations on The Quality of Batik Color with Natural Dyeing from Rambutan Skin Waste Nephelium Lappaceum Rizka Amalia1 dan Iqbal Akhtamimi2 1Dosen Program Studi Teknik Batik Politeknik Pusmanu Pekalongan 2Program Studi D3 Teknik Batik Politeknik Pusmanu Pekalongan Jalan Jenderal Sudirman no. 29 Kota Pekalongan, Indonesia Tanggal Masuk Naskah 8 Agustus 2016 Tanggal Revisi Naskah 15 Desember 2016 Tanggal Disetujui 16 Desember 2016 ABSTRAK Pewarnaan kain batik dapat dilakukan dengan menggunakan zat warna alami ZWA dan zat warna sintetis. Keunggulan zat warna alam antara lain lebih murah, ramah lingkungan, dan menghasilkan warna yang khas. Salah satu zat warna alam yang berasal dari limbah yang dapat dimanfaatkan adalah limbah kulit buah rambutan. Kelemahan dari penggunaan pewarna alam yaitu ketahanan luntur warna dan intensitas ketuaan warna yang relatif kurang zat fiksasi adalah salah alternatif untuk memecahkan masalah tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pengaruh penggunaan konsentrasi dan jenis zat fiksasi kapur, tawas dan tunjung pada proses fiksasi terhadap daya tahan luntur dan penodaan warna kain batik katun yang dicelup dengan zwa ekstrak kulit buah rambutan. Bahan yang digunakan adalah kain batik katun yang dicelup dengan ekstrak zwa kulit buah rambutan, kemudian dilanjutkan pengerjaan fiksasi pada larutan kapur dengan variasi konsentrasi 5, 25 dan 45 g/l pada setiap zat fiksasi sebagai variabel bebas dan variabel terikat yaitu ketahanan luntur dan penodaan warna terhadap pencucian. Hasil uji ketahanan luntur dan penodaan warna menunjukkan bahwa penggunaan zat fiksasi tawas didapatkan nilai ketahanan luntur yang lebih baik dibandingkan dengan zat fiksasi kapur dan tunjung sedangkan pada konsentrasi zat fiksasi yang berbeda menunjukkan bahwa pada penggunaan konsentrasi bahan fiksasi yang lebih tinggi 25 dan 45%, nilai greyscale dan staining scale akan semakin baik. Kata kunci rambutan, pewarna alam, kain, fiksasi ABSTRACT Dyeing of batik cotton fabric could be made using natural and synthetic dyes. The advantages of natural dyes are cheap, environmentally friendly, and soft colour produced. One of natural dyes that derived from waste is rambutan’s rind. The lack of using natural dyes are poor of colour fastness. Fixation used as an alternative process to solve that problem. The aim of this study is to determine the effect of the concentration and fixation materials towards colour fastness and colour staining. Batik cotton fabric was dyed by rambutan’s rind extract and followed by fixation process with a variety of fixation materials lime, alum, and lotus and concentration of its solution 5, 25 dan 45 g/l as an independent variable. The independent variables are colour fastness and colour staining to washing. The results show that the using of alum solution as fixation materials provides better colourfastness value than lime and lotus. The higher concentration of fixation solution 25 and 45%, the better colour fastness and colour staining value. Keywords rambutan, natural dyes, cotton, fixation 86 D i n a m i k a K e r a j i n a n d a n B a t i k , Vol. 33, No. 2, Desember 2016, 85-92 PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang kaya akan warisan budaya dan sejarah. Salah satu bentuk kekayaan tak benda adalah batik. Batik merupakan kekayaan Indonesia yang sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu. Dalam proses pewarnaannya dikenal 2 dua macam zat warna antara lain zat warna sintetis dan zat warna alami. Zat warna alam yaitu zat warna yang berasal dari bahan-bahan alam dan pada umumnya berasal dari hewan ataupun tumbuhan akar, batang, daun, kulit, bunga, dll. Sedangkan zat warna sintestis adalah zat warna yang dihasilkan melalui reaksi kimia dengan bahan dasar ter arang batu bara atau minyak bumi yang merupakan hasil senyawa turunan hidrokarbon aromatik seperti benzena, naftalena, dan antrasena Isminingsih, 1978. Pada awal mula kemunculan batik, para pengrajin batik mewarnai batik dengan bahan pewarna alami dari berbagai macam kulit tumbuhan, buah, atau daun Suarsa, Suarya, & Kurniawati, 2011. Keunggulan dari proses pewarnaan alami adalah sifatnya yang ramah lingkungan Yernisa, Gumbira-Sa’id, & Syamsu, 2013. Pada masa ini, proses pewarnaan batik yang banyak digunakan adalah pewarnaan menggunakan pewarna sintetis. Kekurangan proses pewarnaan dengan pewarna sintetis adalah harga zat warna sintetis yang cenderung lebih mahal serta limbah yang dihasilkan tidak ramah lingkungan, karena mengandung logam-logam berat dan azodyes tertentu. Pemanfaatan zat pewarna alami batik menjadi salah satu alternatif pengganti zat warna sintetis. Indonesia yang kaya akan keanekaragaman tanaman, sangat potensial untuk pengembangan zat warna alami. Salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai bahan baku pewarna alami dan banyak ditemukan di Indonesia adalah kulit buah rambutan Nephelium lappaceum. Kulit buah rambutan memiliki kandungan flavonoida yang merupakan pigmen alam. Pemanfaatan kulit buah rambutan pada penelitian ini diharapkan mampu mengolah limbah kulit rambutan menjadi zat warna alami batik yang ramah lingkungan, mendapatkan variasi warna baru dan memiliki ketahanan luntur warna kain yang baik terhadap pencucian. Ketahanan luntur warna merupakan unsur yang sangat menentukan mutu suatu pakaian batik atau bahan berwarna. Pada proses batik dibutuhkan suhu air yang panas untuk proses pelunturan/pelorodan lilin batik. Banyak zat warna alam yang dapat mewarnai batik, tetapi dalam proses pelorodan lilin batik, warna tersebut berkurang banyak bahkan luntur. Untuk memperoleh zat warna dengan ketahanan luntur yang baik maka perlu dilakukan proses fiksasi. Fiksasi merupakan proses pencelupan yang bertujuan untuk mengunci zat warna yang masuk ke dalam serat agar warna yang dihasilkan tidak mudah pudar atau luntur. Fiksasi dilakukan dengan menambahkan bahan yang mengandung kompleks logam. Bahan fiksasi yang biasa digunakan antara lain kapur, tawas, dan tunjung. Pewarnaan menggunakan kulit buah rambutan dengan fiksasi kapur, tawas, dan tunjung ini perlu diteliti lebih lanjut secara empiris. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan jenis dan konsentrasi zat fiksasi kapur, tawas, dan tunjung dengan konsentrasi larutan sebesar 5, 25, dan 45% terhadap ketahanan luntur warna kain batik hasil pewarnaan ekstrak kulit buah rambutan ditinjau dari perubahan warna dan penodaan warna. S t u d i P e n g a r u h J e n i s d a n K o n s e n t r a s i Z a t ...,A m a l i a 87 Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut 1 mendorong pemanfaatan zat warna yang berasal dari alam; 2 memberikan informasi penggunaan ekstrak kulit buah rambutan sebagai bahan alternatif pewarna alam; 3 upaya pemanfaatan limbah pasar, dan 4 sebagai upaya pengurangan pencemaran lingkungan oleh zat warna sintetis. METODOLOGI Penelitian eksperimen dilakukan dengan mencelupkan kain katun ke dalam ekstrak kulit buah rambutan dilanjutkan dengan fiksasi menggunakan larutan kapur, tawas, dan tunjung. Obyek Penelitian Obyek penelitian meliputi 1 Ekstrak kulit buah rambutan; 2 Kain katun; 3 Zat Fiksasi yang meliputi kapur, tawas, dan tunjung. Variabel Penelitian 1. Variabel bebas Variabel bebas dalam penelitian ini adalah jenis zat fiksasi kapur, tawas, dan tunjung, dan konsentrasi larutan fiksasi 5, 25, dan 45% dari larutan induk 50 g/l. 2. Variabel Terikat Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kualitas warna ketahanan luntur dan penodaan warna dari kain hasil celupan ekstrak kulit buah rambutan. 3. Variabel Kontrol Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah rasio ekstrak kulit buah rambutanair sebesar 16 kg/l, frekuensi pencelupan yaitu tiga kali pencelupan, dan durasi pencelupan selama 10 menit sebanyak 3 kali. Langkah Eksperimen Gambar 1. Langkah eksperimen Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah uji laboratorium ketahanan luntur warna kain batik hasil pewarnaan ekstrak kulit buah rambutan terhadap pencucian ditinjau dari perubahan warna dan penodaan warna. Kain Pencucian kain dengan deterjen Canting Cap Canting Tulis 1 kg kulit buah rambutan 6 liter air Atau sama dengan 1 6 Ditambah gula dan dipanaskan, hingga menyusut menjadi 2/3 bagian Pendinginan Ekstrak kulit buah rambutan yang sudah dingin Ekstrak kulit buah rambutan yang sudah dingin Uji Greyscale dan Uji Staining scale 88 D i n a m i k a K e r a j i n a n d a n B a t i k , Vol. 33, No. 2, Desember 2016, 85-92 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Jenis Zat fiksasi terhadap Kualitas Warna Dari Tabel 1. dapat dilihat bahwa perbedaan zat fiksasi yang digunakan menghasilkan arah warna yang berbeda, kapur menghasilkan warna coklat muda pudar, tawas menghasilkan warna coklat muda yang lebih terang dan tajam, dan tunjung menghasilkan warna coklat hitam. Hal ini sesuai dengan penelitian Mukhis 2011 mengenai pewarnaan dengan ekstrak kulit batang jamblang bahwa pada penambahan tawas, serat terwarnai dengan baik dan tidak mempengaruhi warna yang dihasilkan, sedangkan dengan penambahan FeSO4 tunjung dan kalium bikromat yang dapat mengubah warna hasil celup. Tawas Al2SO4 merupakan senyawa kimia yang tidak berwarna sehingga hanya akan menguatkan warna Rosyida & W, 2014. Hasil pengujian pada Tabel 1. ketahanan luntur warna terhadap pencucian pada kain batik dengan perlakuan fiksasi menggunakan kapur menunjukkan nilai 4 baik untuk konsentrasi zat fiksasi 5 dan 25%, nilai 5 sangat baik untuk konsentrasi zat fiksasi 45%. Sedangkan ketahanan luntur warna dengan menggunakan fiksasi larutan tawas memberikan hasil 4 baik untuk konsentrasi zat fiksasi 5%, nilai 5 sangat baik untuk konsentrasi zat fiksasi 25 dan 45%.Selanjutnya dengan zat fiksasi tunjung nilai ketahanan luntur yang diperoleh sebesar 3 sampai 4 cukup baik untuk konsentrasi zat fiksasi 5, 25, 45%. Dari hasil pengujian terlihat bahwa ketahanan luntur warna terhadap pencucian pada ketiga jenis zat fiksasi menunjukkan nilai rata-rata 4 baik.Ini membuktikan bahwa kandungan yang terdapat pada kulit buah rambutan dapat digunakan sebagai zat warna alami. Menurut Ratyaningrum & Giari 2005, zat warna mordan alam merupakan zat warna alam yang dalam proses pewarnaannya harus melalui penggabungan dengan kompleks logam, sehingga zat warna ini akan lebih tahan daya lunturnya. Tawas, tunjung dan kapur tohor merupakan kelompok kompleks logam yang berguna untuk pewarna mordan alam. Dalam penelitian ini penggunaan zat fiksasi tawas memberikan nilai ketahanan luntur yang lebih baik dibandingkan dengan zat fiksasi kapur dan tunjung. Hal ini sesuai dengan penelitian Rosyida 2014 yang menguraikan tentang cara memperbaiki ketahanan luntur pada pewarnaan kain menggunakan zat warna daun jati muda yaitu bahwa penggunaan ferro sulfat tunjung untuk fiksasi memberikan nilai ketahanan luntur 3 cukup yang lebih rendah dari fiksasi menggunakan tawas dengan nilai tahan luntur 3-4 cukup baik. Kulit buah rambutan merah mengandung pigmen antosianin yang merupakan sub-tipe senyawa organik dari keluarga lebih stabil dalam suasana asam dibandingkan dalam suasana alkalis ataupun netral Hambali, Mayasari, & F Normansyah, 2014. Oleh karena itu, ketahanan luntur pada penambahan zat fiksasi tawas yang bersifat asam lebih baik jika dibandingkan dengan zat fiksasi kapur basa. Selain itu, ketahanan luntur yang lebih kuat pada kain dengan bahan fiksasi tunjung dan tawas terhadap pencucian berkaitan dengan terjadinya ikatan zat warna yang mampu masuk ke dalam serat kain secara maksimum dan berikatan kuat dengan serat kain Sulasminingsih, 2006. Sebaliknya untuk bahan fiksasi kapur, menurut Atikasari 2005 zat warna tidak mampu masuk ke dalam serat secara maksimum dikarenakan putusnya ikatan antara serat kain dengan auksokrom sehingga daya serap S t u d i P e n g a r u h J e n i s d a n K o n s e n t r a s i Z a t ...,A m a l i a 89 kain hilang dan menyebabkan sisa zat warna hanya melekat pada permukaan serat saja. Hasil pengujian pada Tabel 1 menunjukkan bahwa penodaan warna terhadap pencucian pada kain batik dengan perlakuan fiksasi menggunakan kapur menunjukkan nilai 3 cukup untuk konsentrasi zat fiksasi 5 dan 25%, nilai 3-4 cukup baik untuk konsentrasi zat fiksasi 45%. Sedangkan penodaan warna dengan menggunakan fiksasi larutan tawas memberikan hasil nilai 3 cukup konsentrasi zat fiksasi untuk 5%, nilai 3-4 cukup baik untuk konsentrasi zat fiksasi 25 dan 45%.Selanjutnya dengan zat fiksasi tunjung nilai penodaan yang diperoleh sebesar 3-4 cukup baik untuk konsentrasi zat fiksasi 5 dan 25%, nilai 4 baik untuk konsentrasi zat fiksasi 45%.Penodaan warna terhadap pencucian pada jenis zat fiksasi yang berbeda tidak menunjukkan perbedaan yang berarti yaitu nilai rata-rata 3-4 yang artinya cukup ini sesuai dengan penelitian Herlina 2007 yang menyatakan bahwa hasil penguncian warna fiksasi penodaan warna minimal cukup dengan nilai Staining scale sebesar ini diduga karena molekul zat warna masih terikat kuat di dalam serat kain. Pengaruh Konsentrasi Zat Fiksasi Terhadap Kualitas Warna Tujuan dilakukannya fiksasi yaitu untuk mengunci zat warna alam golongan mordan serta berfungsi memberikan efek warna arah warna yang berbeda-beda sesuai dengan zat fiksasi yang digunakan Sardjono, 2010. Hasil pengujian pada Tabel 1 menunjukkan bahwa ketahanan luntur warna terhadap pencucian pada kain batik dengan perlakuan fiksasi menggunakan konsentrasi zat fiksasi 5% diperoleh nilai 4 baik untuk kapur dan tawas, nilai 3-4 cukup baik untuk konsentrasi zat fiksasi tunjung. Sedangkan ketahanan luntur warna terhadap pencucian pada konsentrasi zat fiksasi 25% menunjukkan nilai 4 baik untuk kapur, nilai 5 sangat baik untuk tawas dan nilai 3-4 cukup baik untuk tunjung. Selanjutnya dengan konsentrasi zat fiksasi 45% nilai ketahanan luntur yang diperoleh sebesar 4-5 baik untuk kapur, nilai 5 sangat baik untuk tawas, dan nilai 3-4 cukup baik untuk tunjung. Dari hasil pengujian terlihat bahwa ketahanan luntur warna terhadap pencucian dengan perbedaan konsentrasi zat fiksasi menunjukkan nilai rata-rata 4 baik. Hasil uji ini menunjukan bahwa pada penggunaan konsentrasi bahan fiksasi 45%, nilai greyscale akan semakin baik. Hal ini sesuai dengan penelitian Suheryanto 2010 mengenai pewarnaan dengan ekstrak daun mangga bahwa kain batik katun yang difiksasi dengan larutan kapur 60 g/l menghasilkan ketuaan warna lebih optimal atau tua, bila dibandingkan dengan kain batik katun yang difiksasi dengan larutan kapur 40 dan 50 g/l. Tabel 1. Hasil ketahanan luntur warna kain batik dengan zat fiksasi kapur, tawas, dan tunjung pada berbagai konsentrasi Keterangan Nilai 1 = buruk, 1-2 = buruk, 2 = kurang, 2-3 = kurang baik, 3 = cukup, = cukup baik, 4 = baik, 4-5 = baik, 5 = sangat baik Hasil pengujian yang dituangkan pada Tabel 1 memperlihatkan bahwa penodaan warna terhadap pencucian pada kain batik 90 D i n a m i k a K e r a j i n a n d a n B a t i k , Vol. 33, No. 2, Desember 2016, 85-92 Gambar 2. Kain hasil pelorodan dengan fiksasi larutan kapur Gambar 3. Kain hasil pelorodan dengan fiksasi larutan tawas Gambar 4. Kain hasil pelorodan dengan fiksasi larutan tunjung dengan perlakuan fiksasi menggunakan konsentrasi zat fiksasi 5% diperoleh nilai 3 cukup untuk kapur dan tawas, nilai 3-4 cukup baik untuk tunjung. Sedangkan hasil penodaan warna terhadap pencucian pada konsentrasi zat fiksasi 25% menunjukkan nilai 3 cukup untuk kapur, nilai 3-4 cukup baik untuk tawas dan tunjung. Selanjutnya dengan konsentrasi zat fiksasi 45% nilai penodaan warna yang diperoleh sebesar 3-4 cukup baik untuk kapur dan tawas, dan nilai 4 baik untuk tunjung. Hasil uji ini menunjukan bahwa pada penggunaan konsentrasi bahan fiksasi 45%, nilai staining scale semakin baik. Tabel 2. Hasil penodaan warna kain batik dengan zat fiksasi kapur, tawas, dan tunjung pada berbagai konsentrasi Keterangan Nilai 1 = buruk, 1-2 = buruk, 2 = kurang, 2-3 = kurang baik, 3 = cukup, 3-4 = cukup baik, 4 = baik, 4-5 = baik, 5 = sangat baik. S t u d i P e n g a r u h J e n i s d a n K o n s e n t r a s i Z a t ...,A m a l i a 91 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Hasil uji ketahanan luntur dan penodaan warna menunjukkan bahwa penggunaan zat fiksasi tawas memberikan nilai ketahanan luntur yang lebih baik dibandingkan dengan zat fiksasi kapur dan tunjung sedangkan pada konsentrasi zat fiksasi yang berbeda menunjukkan bahwa pada penggunaan konsentrasi bahan fiksasi yang lebih tinggi 25% dan 45%, nilai greyscale dan stainingscale akan semakin baik. Saran Perlu penelitian lebih lanjut mengenai ketahanan luntur warna terhadap penggosokan dan keringat terhadap kain katun hasil pewarnaan menggunakan zat warna dari ekstrak kulit buah rambutan. DAFTAR PUSTAKA Atikasari, A. 2005. Kualitas Tahan Luntur Warna Batik Cap di Griya Batik Larissa Pekalongan. Skripsi. Program Studi PKK Konsentrasi Tata Busana S-1 Jurusan Teknologi Jasa dan Produksi Fakultas Teknik UNNES, Semarang. Hambali, M., Mayasari, F., & F Normansyah. 2014. Ekstraksi Antosianin dari Ubi Jalar dengan Variasi Konsentrasi Solven, dan Lama Waktu Ekstraksi. Jurnal Teknik Kimia, 20 2, 25–35. Herlina, S. 2007. Fiksasi Bahan Alami Buah Markisa dan Jeruk Nipis dalam Proses Pewarnaan Batik dengan Zat Warna Indigosol. Yogyakarta Seni dan Budaya Yogyakarta. Isminingsih. 1978. Pengantar Kimia Zat Warna. Bandung Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil Bandung. Mukhis. 2011. Ekstraksi Zat Warna Alami dari Kulit Batang Jamblang Syzygium cumini sebagai Bahan Dasar Pewarna Tekstil. Jurnal Biologi Edukasi, 3 11, 7. Ratyaningrum, F., & Giari, N. 2005. Kriya Tekstil. Surabaya Unesa University Press. Rosyida, A., & W, A. 2014. Pemanfaatan Daun Jati Muda untuk Pewarnaan Kain Kapas pada Suhu Kamar. Jurnal Arena Tekstil, 29 2, 115–124. Sardjono. 2010. Teknologi Pewarnaan Batik Zat Warna Alam. Yogyakarta Balai Besar Kerajinan dan Batik. Suarsa, I. W., Suarya, P., & Kurniawati, I. 2011. Optimasi Jenis Pelarut dalam Ekstraksi Zat Warna Alam dari Batang Pisang Kepok Musa paradiasiaca L. Cv Kepok dan Batang Pisang Susu Musa Paradiasiaca L.. Jurnal Kimia, 5 1, 72–80. Suheryanto, D. 2010. Optimalisasi Celupan Ekstrak Daun Mangga pada Kain Batik Katun dengan Iring Kapur. Makalah disajikan dalam Seminar Rekayasa Kimia dan Proses Fakultas Teknik Universitas Diponegoro. Sulasminingsih. 2006. Studi Komparasi Kualitas Kain Kapas Pada Pencelupan Ekstrak Kulit Kayu Pohon Mahoni Dengan Mordan Tawas Dan Garam Diazo. Skripsi. Fakultas Teknik UNNES. Yernisa, Gumbira-Sa’id, E., & Syamsu, K. 2013. Aplikasi Pewarna Bubuk Alami dari Ekstrak Biji Pinang Areca catechu L. pada Pewarnaan Sabun Transparan. Jurnal Teknologi Industri Pertanian, 23 3, 190–198. 92 D i n a m i k a K e r a j i n a n d a n B a t i k , Vol. 33, No. 2, Desember 2016, 85-92 ... ZWS merupakan zat warna yang berasal dari reaksi zat-zat kimia sedangkan ZWA berasal dari bahan alam pada umumnya berasal dari tumbuhan akar, batang, daun, kulit, bunga, dll. Keunggulan dari proses pewarnaan menggunakan ZWA dibanding dengan ZWS adalah sifatnya yang ramah lingkungan dan menghasilkan warna yg khas [10], [11]. Kelemahan dari penggunaan pewarna alami yaitu ketahanan luntur warna dan intensitas ketuaan warna yang relatif kurang baik, sehingga memerlukan bahan tambahan untuk mengikat warna supaya meningkatkan ketahanan terhadap luntur [11], [12]. ...... Keunggulan dari proses pewarnaan menggunakan ZWA dibanding dengan ZWS adalah sifatnya yang ramah lingkungan dan menghasilkan warna yg khas [10], [11]. Kelemahan dari penggunaan pewarna alami yaitu ketahanan luntur warna dan intensitas ketuaan warna yang relatif kurang baik, sehingga memerlukan bahan tambahan untuk mengikat warna supaya meningkatkan ketahanan terhadap luntur [11], [12]. Cara untuk meningkatkan ketahanan luntur warna adalah dengan menggunakan proses fiksasi. ...... Cara untuk meningkatkan ketahanan luntur warna adalah dengan menggunakan proses fiksasi. Fiksasi merupakan proses pencelupan yang bertujuan untuk memperkuat warna dan merubah zat warna alami sesuai dengan jenis logam yang mengikatnya serta mengunci zat warna yang telah masuk ke dalam serat agar warna yang dihasilkan tidak mudah pudar atau luntur [5], [11]. ZWA juga masih menimbulkan permasalahan lingkungan karena dalam proses fiksasi masih menggunakan zat kimia yang mengandung garam logam berat. ...Batik merupakan salah satu kekayaan budaya Indonesia yang sudah ada sejak dulu. Dalam proses pewarnaan batik dikenal zat warna sintetis ZWS dan zat warna alamI ZWA. Keunggulan dari proses pewarnaan menggunakan ZWA dibanding dengan ZWS adalah sifatnya yang ramah lingkungan. Namun, pada proses pewarnaan batik menggunakan pewarna ZWA masih menimbulkan permasalahan lingkungan karena penggunaan zat kimia yang mengandung garam logam berat dalam proses fiksasi. Untuk mengatasi permasalahan lingkungan tersebut maka pada penelitian ini dilakukan proses fiksasi menggunakan iradiasi berkas elektron. Hasil penelitian menunjukkan proses fiksasi menggunakan iradiasi berkas elektron dapat digunakan sebagai alternatif dalam rangkaian proses pewarnaan batik. Hasil uji berstandar SNI dari ketahanan luntur warna terhadap sinar, pencucian dan gosokan menunjukkan nilai yang baik untuk greyscale dan staining scale 4 dan 4-5 pada kain batik katun dengan campuran pewarna tingi dan Polietilen Glikol PEG dengan waktu iradiasi 60 detik.... Kulit buah ini memiliki kandungan flavonoida yang merupakan pigmen yang dapat dimanfaatkan sebagai pewarna alami tekstil Prasetio, 2014. Hasil uji ketahanan luntur warna dari limbah kulit rambutan menunjukkan bahwa penggunaan zat fiksasi tawas memberikan nilai ketahanan luntur yang lebih baik dibandingkan dengan zat fiksasi kapur dan tunjung sedangkan pada konsentrasi zat fiksasi yang berbeda menunjukkan bahwa pada penggunaan konsentrasi bahan fiksasi yang lebih tinggi 25% dan 45%, nilai greyscale dan stainingscale akan semakin baik Amalia & Akhtamimi, 2016. ...... Akhtamimi, 2016. Bahan pewarna alami dapat diperoleh dari pengolahan bahanbahan alam di daerah sekitar pengrajin batik, tidak bergantung impor seperti bahan pewarna sintetis. ...... Pada proses produksi batik terdapat proses pelunturan/pelodoran lilin yang membutuhkan suhu air tinggi. Suhu yang tinggi ini menyebabkan zat warna berkurang banyak bahkan luntur Amalia & Iqbal,[4]. ...Adela Dianingrum HanafiSiti Fatimah Agus HaerudinBatik merupakam warisan budaya dunia yang harus dilestarikan. Hal ini telah ditetapkan oleh UNESCO. Papaya Carica papaya L. adalah tanaman yang dapat dimanfaatkan dari buah hingga daunnya. Daun papaya memiliki pigmen hijau atau yang dapat digunakan sebagai zat warna alami pada kain batik. Zat warna alami memiliki kelemahan yaitu warna tidak pekat dan ketahanan luntur warna, namun hal itu dapat diatasi dengan fiksasi atau mordanting. Pada penelitian ini menggunakan metode eksperimen variasi proses mordanting pra-mordanting, meta-mordanting, post-mordanting, dan tanpa mordanting dengan menggunakan mordan tunjung sebanyak 75 gram pada pewarnaan kain batik dengan menggunakan zat warna alami daun papaya dimana proses mordanting ternyata sangat berpengaruh terhadap warna yang dihasilkan. Hasil penelitian yang paling baik diperoleh pada metode post-mordanting dengan hasil L* 59,02, a* 14,23, dan b* 30,76 terhadap uji L*,a*,b* dengan menggunakan website encycolorpedia diperoleh hasil warna oranye dengan kode warna B68459 dan uji tahan luntur warna terhadap gosok kering dan gosok basah diperoleh hasil 4-5 Baik.... The compounds in question are tunjung FeSo4, alum Al2SO43 and lime CaOH2. Tunjung, or in scientific language Fero sulfate FeSO4 is a compound of iron II sulfate in the form of a crystalline powder and blue-green in color, the addition of tunjung in the fixation process will affect the color of the dyed results Amalia & Akhtamimi, 2016. Al2SO43 alum is a colorless and crystalline aluminum sulfate compound, alum has alkaline-base properties so that the fixation process with alum can strengthen the color of the yarn and compare it to other fixators. ... Danang Habib PratamaLaily Rochmawati LSigit SujatmikaThis study aimed to identify the science concepts in the dyeing process of Ulos woven fabrics that will be used as a science learning resource for junior high schools. An ethnoscience study by exploring the original science contained in a community group based on scientific science. This study used a qualitative method with an ethnographic approach through the process of data reduction, data presentation, conclusion drawing, and verification. The location of research was carried out at the Ulos Batak By Gallery at Manjunjung Hutabarat, Jl. Major General. Y Samosir No, 76, Partalijulu Village, Tarutung District, North Tapanuli Regency, North Sumatra, Indonesia. The instruments used were observation sheets, interview guidelines, and questionnaires. Collecting data through participatory observation, in-depth interviews, documentation, and questionnaires. To test the validity of the data using triangulation techniques source, technique, and time. Based on the results of the study, it is known that the natural dyeing process in the manufacture of Ulos fabric includes the preparation of materials plants, the plant processing stage, the dissolving stage of natural dyes, the dyeing stage, the drying stage, the fixation stage, the washing stage, and the final drying stage. The science concepts in the curriculum 2013 are in accordance with the process of coloring Ulos cloth, and namely plant classification, solid pressure, heat transfer, physical changes, energy in living systems, separation of mixtures, boiling points, temperatures and their changes, chemical changes, elements, compounds, mixtures. It can be concluded that the manufacture of Ulos woven fabric in this study is a learning resource that can integrate learning materials in various fields of science fabrics physics, biology.... Atika, et al.,2016 Ekstrak gambir pada batik Sutra Dapat dilanjutkan melalui berbagai metode pemisahan dan pelarut organik Hadaf,et al.,2016 Motif dan Pewarnaan Batik Tulis Penelitian dapat dikembangkan dengan memvariasikan sumber sumber alam lain. Amalia, et al.,2016 Pewarna alam limbah kulit rambutan Nephelium Lappaceum ... Rumanintya Lisaria PutriRina Armeniza AzizDalam kondisi masa Pandemi COVID 19 saat ini , sebenarnya banyak peluang yang bisa ditangkap, untuk memunculkan suatu ide yang bisa dikembangkan menjadi bisnis bermunculan nya kedai kedai kopi ala anak muda, pasti banyak ampas kopi yang pemikiran dan pengamatan mengenai ampas kopi ,muncul suatu ide untuk memanfaatkan ampas kopi tersebut , menjadi sebuah pewarnaan untuk kain Design adalah Eksperimen yang dilakukan, melalui tahapan pencampuran ampas kopi dengan bahan pengental , sehingga menjadikan ampas kopi berbentuk pasta.... Kulit buah rambutan merah mengandung pigmen antosianin yang merupakan sub-tipe senyawa organik dari keluarga flavonoid. Antosianin lebih stabil dalam suasana asam dibandingkan dalam suasana alkalis ataupun ketahanan luntur pada penambahan zat fiksasi tawas yang bersifat asam lebih baik jika dibandingkan dengan zat fiksasi kapur basa Amalia dan Akhtamimi, 2016. ...RA. Ataswarin OetopoCaecilia Tridjata SuprabanindyaRirin DesprilianiFariz Al HazmiKulit Rambutan merupakan salah satu limbah organik yang belum dimanfaatkan secara optimal. Dalam permasalahan lingkungan, sampah organik juga menjadi permasalahan saat ini. Meskipun sampah organik merupakan limbah yang dapat terurai, akan tetapi limbah organik juga perlu dikelola agar penumpukannya dapat terkendali dan tidak mencemari lingkungan. Tujuan Penlitian yaitu untuk menganalisis hasil formula zat warna alami yang dihasilkan dari limbah kulit rambutan terhadap penerapannya pada kain dengan teknik Shibori Tie dye dan Batik. Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yaitu dengan mengeksplorasi warna yang dihasilkan oleh larutan limbah organik kulit rambutan pada karya tekstil, dengan melakukan uji coba tehadap bahan kain katun dan berbagai larutan fiksasi yang digunakan, seperti larutan tawas KAISO4212H2O, kapur CaOH2 dan Tunjung FeSO4. Uji coba juga dilakukan terhadap teknik dalam membuat motif, seperti shibori tie dye dan batik. Hasil menunjukan bahwa limbah kulit rambutan menghasilkan larutan yang dapat digunanan sebagai pewarna alami dan dapat diaplikasikan kedalam beragam teknik shibori tie dye dan batik dengan fiksasi tawas yang memiliki nilai kualitas lebih baik dibanding menggunakan fiksasi tunjung dan kapur, sehingga dapat menjadi sebuah media dalam berkreasi seni khususnya pada bidang tekstil.... Instead of sustainable concerned, this is an appropriate approach to remain, reviltalize and disseminate traditional knowledge of natural dyeing on textiles. Figure 2 shows the general ideas of batik making procedures with natural dyeing implementations as it emerging traditional batik process [29,40] and sustainable batik process model [60,68,69]. Batik and dyeing process start with the fabric treatment a. ... Nurul Syahida Mat HussinAhmad Rasdan IsmailSarah Wahida HasbullahNawwal Abdul KadirSustainable generally refers to maintain, preserve and balance the ecological by avoiding depletion of natural resources. Sustainable puts the construct plan involved in economic growth, social progress and environmental protection which also imply in heritage preservation. However, the imbalance pillar towards the demand of the batik deteriorate the ecology despites of increase in demanding this prominent artefact. The methodology of this study used content reviewing by referring the previous study, texts and discussions. This paper aim is to bring up the issues on the use of synthetic dyes in batik dyeing that can harm the people and environment, but it initiatively can be overcome by using sustainable strategies – cradle-to-cradle. Therefore, the introduction to the use of natural dyes for batik dyeing initiatives may lead to the awareness and knowledge about eco-friendly dyeing and exposure to local wisdom dyeing SusantiNyimas MuazzomiIndryani IndryaniAulia SanovaBatik merupakan salah satu warisan budaya leluhur Indonesia yang harus dipertahankan karena memiliki karakter unsur budaya berbasis local wisdom yang sarat akan nilai-nilai sosial dan spiritual suatu daerah. Pada dahulu kala teknik pengerjaan batik masih bersifat sangat tradisional dengan menggunakan motif lukis dan pewarna alam. Salah satu cara menjaga kelestarian keeksistensian batik agar tidak punah tergerus oleh zaman modernisasi adalah dengan melalui media pendidikan dengan cara memperkenalkan dan memasyarakatkan batik kepada generasi emas sejak dini, sehingga perlu dihidupkan kembali kegiatan membelajarkan budaya membatik. Hal ini bisa diawali dengan dengan memberikan sebentuk pelatihan dan pendampingan bagi guru-guru PAUD yang ada di Kota Jambi. Capaian soft skill dari hasil kegaitan ini adalah terciptanya suatu kreativitas peserta dalam melukis dan memadukan warna batik, memunculkan kecakapan hidup life skill dalam seni perbatikan, sikap kesadaran peduli dan cinta lingkungan, menambah pengalaman yang berwawasan lingkungan social experience dan tentunya tercipta nya sebuah karya hasil karya para peserta berupa produk batik yang ramah lingkungan karena menggunakan pewarna alam. Sementara untuk capaian jangka panjang berupa publikasi jurnal dan bahan ajar cetak modul tentang Eco-Batik. Karya produk yang dihasilkan berupa batik tulis dengan motif flora dan fauna sesuai tema karakteristik anak TK/PAUD yang ramah lingkungan Eco-Batik. Pada proses pewarnaannya menggunakan pewarna alam yang berasal dari ekstrak kulit jengkol, buah naga, daun inay, daun suji dan kunyit. Begitu juga pada proses penguncian warna fiksasi, agar warna kain terlihat tua maka ditambahkan serbuk gambir, air kapur dan village woven fabric is one of Lombok’s superior woven fabrics. The process of producing this woven fabric is traditional by using yarn spun from cotton. The purpose of this study is to obtain the optimal strength of cotton yarn using natural dyes. Mordan stage and fixation using alum solution. The coloring stage uses teak leaves, ketapang leaves, and banten skin. All three ingredients are dissolved in water with concentrations 110, 18, and 15. In the mordan stage, 8 grams of alum is dissolved in 1 liter of water. While at the fixation stage, 50 grams of alum is dissolved in 1 liter of water. Teak leaves produce a dark brown color, ketapang leaves produce turmeric yellow color, and banten skin produces a brick red color. After going through the coloring process, the yarn is tested using Tensilon RTG. The result show that the yarn strength increase during the coloring process. In addition, differences in the concentration of the solution also affect the strength of the yarn produced. Solution with a concentration ratio of 1 8 produces optimal tensile strength of cN/dtex on teak leaves, cN/dtex on ketapang leaves, and cN/dtex on banten of natural dye powder from seeds of Areca catechu L. in transparent soap was studied. The objective of this study was to determine the effect of areca seeds extracted powder and the type of vegetable oil to the characteristics of transparent soap. Areca seed extracted powder being used in this study were areca extracted seed powder without a binder and areca seed extracted powder with a binder arabic gum 2% w/w. Two types of vegetable oil for making transparent soap were used in this study namely coconut oil and mixed of coconut oil and palm oil 155 w/w. As a control, there were transparent soaps made without addition of areca seeds powder. Transparent soap from all combinations of treatment had colour range yellow red. Mixed of coconut oil and palm oil 155 w/w gave higher foam stability and lower hardness than coconut oil but did not give significant effect on moisture content and pH value. Type of areca seeds extracted powder had no significant difference in moisture content, hardness and pH value but had significant effect on foam stability of transparent soap. The presence of arabic gum in areca seeds extracted powder enhanced foam stability of transparent soap from coconut oil and reduced color change in transparent soap after six months of Celupan Ekstrak Daun Mangga pada Kain Batik Katun dengan Iring Kapur. Makalah disajikan dalam Seminar Rekayasa Kimia dan Proses Fakultas Teknik Universitas DiponegoroD SuheryantoSuheryanto, D. 2010. Optimalisasi Celupan Ekstrak Daun Mangga pada Kain Batik Katun dengan Iring Kapur. Makalah disajikan dalam Seminar Rekayasa Kimia dan Proses Fakultas Teknik Universitas Jenis Pelarut dalam Ekstraksi Zat Warna Alam dari Batang Pisang Kepok Musa paradiasiaca L. Cv Kepok dan Batang Pisang SusuI W SuarsaP SuaryaI KurniawatiSuarsa, I. W., Suarya, P., & Kurniawati, I. 2011. Optimasi Jenis Pelarut dalam Ekstraksi Zat Warna Alam dari Batang Pisang Kepok Musa paradiasiaca L. Cv Kepok dan Batang Pisang Susu Musa Paradiasiaca L.. Jurnal Kimia, 5 1, Pewarnaan Batik Zat Warna Alam. Yogyakarta Balai Besar Kerajinan dan BatikSardjonoSardjono. 2010. Teknologi Pewarnaan Batik Zat Warna Alam. Yogyakarta Balai Besar Kerajinan dan Komparasi Kualitas Kain Kapas Pada Pencelupan Ekstrak Kulit Kayu Pohon Mahoni Dengan Mordan Tawas Dan Garam DiazoSulasminingsihSulasminingsih. 2006. Studi Komparasi Kualitas Kain Kapas Pada Pencelupan Ekstrak Kulit Kayu Pohon Mahoni Dengan Mordan Tawas Dan Garam Diazo. Skripsi. Fakultas Teknik Tahan Luntur Warna Batik Cap di Griya Batik Larissa PekalonganA AtikasariAtikasari, A. 2005. Kualitas Tahan Luntur Warna Batik Cap di Griya Batik Larissa Pekalongan. Skripsi. Program Studi PKK Konsentrasi Tata Busana S-1 Jurusan Teknologi Jasa dan Produksi Fakultas Teknik UNNES, Antosianin dari Ubi Jalar dengan Variasi Konsentrasi Solven, dan Lama Waktu EkstraksiM HambaliF MayasariNormansyahHambali, M., Mayasari, F., & F Normansyah. 2014. Ekstraksi Antosianin dari Ubi Jalar dengan Variasi Konsentrasi Solven, dan Lama Waktu Ekstraksi. Jurnal Teknik Kimia, 20 2, Bahan Alami Buah Markisa dan Jeruk Nipis dalam Proses Pewarnaan Batik dengan Zat Warna IndigosolS HerlinaHerlina, S. 2007. Fiksasi Bahan Alami Buah Markisa dan Jeruk Nipis dalam Proses Pewarnaan Batik dengan Zat Warna Indigosol. Yogyakarta Seni dan Budaya Kimia Zat WarnaIsminingsihIsminingsih. 1978. Pengantar Kimia Zat Warna. Bandung Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil Bandung.SebagaiPewarna Alami Zat Pewarna Alami Bahan Pewarna Alami Penggunaan Pewarna Alami Menjadi Pewarna Alami Dan Pewarna Alami Menggunakan Pewarna Alami Explore More. Zat Pewarna Alami sentence examples. Zat Pewarna Alami. 10.18860/AL.V9I1.11038. Zat pewarna alami dapat diperoleh dari tumbuhan maupun hewan.Yang dimaksud pewarna atau zat pewarna batik adalah zat warna tekstil yang dapat digunakan dalam proses pewarnaan batik baik dengan cara pencelupan maupun coletan pada suhu kamar sehingga tidak merusak lilin sebagai perintang warnanya. Berdasarkan sumbernya/asalnya zat pewarna batik dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu a. Pewarna alami Zat warna yang diperoleh dari alam/ tumbuh-tumbuhan baik secara langsung maupun tidak langsung. Agar zat pewarna alam tidak pudar dan dapat menempel dengan baik, proses pewarnaannya didahului dengan mordanting yaitu memasukkan unsur logam ke dalam serat Tawas/Al. Bahan pewarna alam yang bisa digunakan untuk tekstil dapat diambil pada tumbuhan bagian Daun, Buah, Kuli kayu, kayu atau bunga. Ada tiga tahap proses pewarnaan alam yang harus dikerjakan yaitu proses mordanting proses awal/pre-treatment, proses pewarnaan pencelupan, dan proses fiksasi penguatan warna. b. Pewarna buatan/pewarna sintetis Zat wana kimia mudah diperoleh, stabil dan praktis pemakaiannya. Zat Warna sintetis dalam tekstil merupakan turunan hidrokarbon aromatik seperti benzena, toluena, naftalena dan antrasena diperoleh dari ter arang batubara coal, tar, dyestuff yang merupakan cairan kental berwarna hitam dengan berat jenis 1,03 - 1,30 dan terdiri dari despersi karbon dalam minyak. Minyak tersebut tersusun dari beberapa jenis senyawa dari bentuk yang paling sederhana misalnya benzena CH sampai bentuk yang rumit mialnya 6 6 krisena CH dan pisena CH. Adapun zat warna yang biasa dipakai untuk mewarnai batik antara lain commit to user - Zat warna reaktif Zat warna reaktif umumnya dapat bereaksi dan mengadakan ikatan langsung dengan serat sehingga merupakan bagian dari serat tersebut. Jenisnya cukup banyak dengan nama dan struktur kimia yang berbeda tergantung pabrik yang membuatnya. Salah satu yang saat ini sering digunakan untuk pewarnaan batik adalah Remazol. Ditinjau dari segi teknis praktis pewarnaan batik dengan remazol dapat digunakan secara pencelupan, coletan maupun kuwasan. Zat warna ini mempunyai sifat antara lain larut dalam air, mempunyai warna yang briliant dengan ketahanan luntur yang baik, daya afinitasnya rendah, untuk memperbaiki sifat tersebut pada pewarnaan batik diatasi dengan cara kuwasan dan fixasi menggunakan Natrium silikat. Nama dagang zat warna teraktif, sebagai berikut 1 Procion produk dari Drimarine produk Sandoz 2 Cibacron produk Ciba Geigy Primazine produk BASF 3 Remazol produk Hoechst Levafix produk Bayer - Zat warna indigosol Zat warna indigosol adalah jenis zat warna Bejana yang larut dalam air. Larutan zat warnanya merupakan suatu larutan berwarna jernih. Pada saat kain dicelupkan ke dalam larutan zat warna belum diperoleh warna yang diharapkan. Setelah dioksidasi/dimasukkan ke dalam larutan asam HCl atau H2SO4 akan diperoleh warna yang dikehendaki. Obat pembantu yang diperlukan dalam pewarnaan dengan zat warna indigosol adalah Natrium Nitrit NaNO2 sebagai oksidator. Warna yang dihasilkan cenderung warna-warna lembut/pastel. Dalam pembatikan zat warna indigosol dipakai secara celupan maupun coletan. Jenis warna Indigosol antara lain Indigosol Yellow, Indigosol Green IB , Indigosol Yellow JGK, Indigosol Blue 04B , Indigosol Orange HR, Indigosol Grey IBL, Indigosol Pink IR, Indigosol Brown IBR, Indigosol commit to user Violet ARR, Indigosol Brown IRRD Indigosol Violet 2R Indigosol Violet IBBF. - Zat warna napthol Zat warna ini merupakan zat warna yang tidak larut dalam air. Untuk melarutkannya diperlukan zat pembantu kostik soda. Pencelupan naphtol dikerjakan dalam 2 tingkat. Pertama pencelupan dengan larutan naphtolnya sendiri penaphtolan. Pada pencelupan pertama ini belum diperoleh warna atau warna belum timbul, kemudian dicelup tahap kedua/dibangkitkan dengan larutan garam diazodium akan diperoleh warna yang dikehendaki. Tua muda warna tergantung pada banyaknya naphtol yang diserap oleh serat. Dalam pewarnaan batik zat warna ini digunakan untuk mendapatkan warna-warna tua/dop dan hanya dipakai secara pencelupan. Naptol yang banyak dipakai dalam pembatikan antara lain Naptol AS-G, Naptol AS-LB, Naptol AS-BO, Naptol AS-D, Naptol AS , Naptol Naptol AS-BR, Naptol Naptol AS-GR Garam diazonium yang dipakai dalam pembatikan antara lain Garam Kuning GC, Garam Bordo GP, Garam Orange GC, Garam Violet B, Garam Scarlet R , Garam Blue BB, Garam Scarlet GG, Garam Blue B, Garam Red 3 GL, Garam Black B, Garam Red B - Zat warna rapid Zat warna ini adalah naphtol yang telah dicampur dengan garam diazodium dalam bentuk yang tidak dapat bergabung koppelen. Untuk membangkitkan warna difixasi dengan asam sulfat atau asam cuka. Dalam pewarnaan batik, zat warna rapid hanya dipakai untuk pewarnaan secara coletan. commit to user BAHAYA BAHAN KIMIA DI TEMPAT KERJA Bahan berbahaya khususnya bahan kimia adalah bahan-bahan yang pada suatu kondisi tertentu dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan, pada setiap tingkat pekerjaan yang dilakukan penyimpanan, pengangkutan, penggunaan, pembuatan dan pembuangan. Secara umum, bahan-bahan kimia berbahaya dapat dikelompokkan menjadi 1. Bahan kimia mudah meledak Bahan kimia berupa padatan atau cairan, ataupun campurannya yang sebagai akibat suatu perubahan reaksi kimia, gesekan, tekanan, panas, dll menjadi bentuk gas yang berlangsung dalam proses yang relative singkat disertai dengan tenaga perusakan yang besar, pelepasan tekanan yang besar serta suara yang keras. 2. Bahan kimia mudah terbakar Bahan kimia apabila mengalami suatu reaksi oksidasi pada suatu kondisi tertentu, akan menghasilkan nyala api. 3. Bahan kimia beracun Bahan kimia dalam jumlah relative sedikit, dapat mempengaruhi kesehatan manusia atau bahkan menyebabkan kematian, apabila terabsorbsi tubuh manusia melalui injeksi. 4. Bahan kimia korosif Bahan kimia meliputi senyawa asam-asam alkali dan bahan-bahan kuat lainnya, yang sering mengakibatkan kerusakan logam-logam bejanan atau penyimpannya. Senyawa alkali dapat menyebabkan luka bakar pada tubuh, merusak mata, merangsang kulit dan system pernafasan. 5. Bahan kimia oksidator Bahan kimia yang sangat reaktif untuk memberikan oksigen, yang dapat menyebabkan terjadinya kebakaran dengan bahan-bahan lainnya. commit to user 6. Bahan kimia reaktif Bahan kimia yang sangat mudah bereaksi dengan bahan-bahan lainnya, disertai pelepasan panas dan menghasilkan gas yang mudah terbakar atau keracunan atau korosi. 7. Bahan kimia radioaktif Bahan kimia yang mempunyai kemampuan untuk memancarkan sinar-sinar radioaktif seperti sinar alfa, beta, gamma, netron, dan lain-lain, yang dapat membahayakan tubuh manusia. Suatu bahan kimia dikatakan memiliki sifat berbahaya apabila satu atau lebih dari sifat-sifat bahaya tersebut diatas terdapat di dalam bahan kimia tersebut, yang selain mudah meledak, dapat pula menjadi bahan kimia beracun dan meracuni kehidupan. Interaksi Bahan Kimia Antara satu zat kimia dan zat kimia lain dapat menimbulkan interaksi atau saling berpengaruh satu sama lainnya. Efek yang terjadi dapat dibedakan dalam a. Efek Aditif yaitu pengaruh yang saling memperkuat akibat kombinasi dari dua zat kimia atau lebih. Pengaruh racun yang terjadi adalah penjumlahan dari efek dari masing-masing zat kimia. b. Efek simergi yaitu suatu keadaan dimana pengaruh gabungan dari dua zat kimia jauh lebih besar dari jumlah masing-masing efek bahan kimia. c. Potensiasi yaitu apabila suatu zat yang seharusnya tidak memiliki efek toksik pengaruh merugikan suatu zat kimia pada organism hidup akan tetapi bila zat ini ditambahkan pada zat kimia lain maka akan mengakibatkan zat lain tersebut menjadi lebih toksik. d. Efek antagonis yaitu apabila dua zat kimia yang diberikan bersamaan, maka zat kimia yang satu akan melawan efek zat kimia yang lain. Proses Zat Kimia Dalam Tubuh Cara masuk bahan beracun ke dalam tubuh sangan besar pengaruhnya terhadap kemungkinan keracunan. Zat kimia dapat masuk kedalam tubuh melalui commit to user saluran pernafasan per inhalasi, saluran cerna per oral dan kulit per dermal. Inhalasi merupakan cara masuk paling sering dalam industry. Di dalam tubuh, melalui proses enzimatik terjadi perubahan bentuk secara biokimia biotranformasi yang terjadi didalam hati. Proses demikian dapat juga terjadi di ginjal, paru-paru dan kulit. Budiono, S. 2003. Biotranformasi ini mengupayakan agar terbentuk bahan yang kurang beracun yang dikenal sebagai detoksikasi. Sebaliknya mungkin terjadi hasil yang lebih bercun dari zat asalnya aktivasi mialnya pada berbagai zat penyebab kanker. Pengeluaran hasil proses tersebut atau ekskresi umumnya dilakukan melalui air seni dan feses, sebagian melalui udara pernafasan dan keringat. Efek Terhadap Kesehatan Pemajanan bahan kimia mengakibatkan terjadinya perubahan biologic atau fungsi tubuh yang manifestasinya berupa keluhan, gejala dan tanda gangguan kesehatan, terutama pada bagian yang terserang bahan kimia. Tergantung dari oragan target, bahan kimia dapat bersifat neurotoksik meracuni syaraf, hepatotoksik meracuni liver/hati, nefrotoksik meracuni ginjal, hematotoksik meracuni darah, sistemik meracuni seluruh fungsi tubuh dan sebagainya. Berdasarkan gejala yang ditimbulkan, bahan kimia dapat bersifat asfiksian gejala akibat kekurangan kadar oksigen, irritan mengakibatkan/ merangsang iritasi, menimbulkan sensitasi dan alergi. Tanda yang muncul bervariasi dari gejala non spesifik lemah, pusing, mual, muntah ataupun spesifik kejang, kelumpuhan, gangguan penglihatan, diare, dll. Berikut ini pengaruh beberapa zat kimia pada kesehatan - Zat Irritan Zat irritant akan mengakibatkan iritasi/rangsangan atau menimbulkan inflamasi/peradangan pada mata, kulit,saluran nafas dan saluran cerna. Zat irritant antara lain asam asetat, asam klorida, arsen, asam nitrat, asam kromat, fosfor, kalsium oksidan, dll. commit to user - Zat Hepatotoksik meracuni hati Zat Hepatotoksik antara lain Karbon tetraklorida, Dimetil nitrosamine, Aflatoksin, Arsen, Toluen diamin, dll. - Zat Neurotoksik meracuni saraf Zat Neurotoksik antara lain Benzene, Toluena, Karbon disulfide, Arsen, Merkuri, Xylene, Aseton, dll. - Zat Netrotoksik meracuni ginjal Zat Netrotoksik antara lain Arsen, Anilin, Organo klorin, Merkuri, Metanol, Fenol, Timah hitam, Kloroform, Fosfor kuning, dll. - Zat kimia yang meracuni system reproduksi Zat kimia tersebut antara lain Benzene, Timah hitam, Kadmium, Eter, Nitrogen oksida, Kloroform, dll. - Zat kimia yang meracuni darah Zat kimia tersebut antara lain Anilin, Toluidin, Nitrobenzen, Timah hitam, Nitrogen triflourida, Propilnitrat, dll - Zat Sensitasi atau alergi kulit Zat Sensitasi antara lain Karbon disulfide, Fenol, Zat warna, kreosot, dll. Selain itu terdapat pula penyakit kulit yang disebabkan oleh penyebab kimiawi bahan kimia seperti asam dan garam anorganik, senyawa hidrokarbon, bahan warna, dsb. Prinsip Pencegahan/Pengendalian Bahan Kimia Mengingat bahaya bahan kimia di tempat kerja diperlukan pencegahan dan pengendalian yang prinsip penerapannya sesuai denga Higiene Perusahaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja berupa “Hierarchi of Controlâ€, yaitu Eliminasi, Substitusi, Pengendalian Teknis, Pengendalian Administratif dan Alat Pelindung Diri. Sedangkan para pekerja dilakukan pengujian/pemantauan kesehatan, hygiene perorangan, pengujian/pemantauan biomedik disertai pelatihan tentang bahaya zat kimia. Budiono, S. 2003. commit to user PENGERTIAN ERGONOMI Ergonomi atau ergonomics bahasa Inggrisnya sebenarnya berasal dari kata Yunani yaitu Ergo yang berarti â€kerja†dan Nomos yang berarti â€hukumâ€. Ergonomi dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain/perancangan Nurmianto, 2004. Ergonomi ialah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu, dengan efektif, aman dan nyaman Sutalaksana dkk., 1979. Disiplin ergonomi adalah suatu cabang keilmuan yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem tersebut dengan baik; yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu dengan efektif, efisien, aman dan nyaman Wignjosoebroto, 1995. Dengan kata lain disini manusia tidak lagi harus menyesuaikan dirinya dengan mesin yang dioperasikan the man fits to the design, melainkan sebaliknya yaitu mesin dirancang dengan lebih dahulu memperhatikan kelebihan dan keterbatasan manusia yang mengoperasikannya the design fits to the man. Secara umum tujuan dari penerapan ergonomi Tarwaka dkk.,2004, yaitu 1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cedera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja. 2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial, mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun setelah tidak produktif. commit to user 3. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu aspek teknis, ekonomis, antropologis dan budaya dari setiap sistem kerja yang dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi. DESAIN DAN ERGONOMI Manusia dalam kehidupannya banyak menggunakan desain sebagai fasilitas penunjang aktivitasnya. Manusia menginginkan desain sebagai produk yang sesuai dengan trend dan mewadahi kebutuhannya yang semakin meningkat. Melihat kondisi saat ini, kecenderungan desain yang berubah akibat peningkatan kebutuhan manusia tersebut menimbulkan kesadaran manusia tentang pentingnya desain yang eksklusif dan representatif, makin bertambahnya usaha-usaha di bidang desain yang mengakibatkan persaingan mutu desain, peningkatan faktor pemasaran daya tarik dan daya jual di pasaran, serta tuntutan kapasitas produksi yang semakin meningkat. Selain itu, aktivitas desain yang menghasilkan gagasan kreatif dipengaruhi pula oleh kecepatan membaca situasi, khususnya kebutuhan pasar dan permintaan konsumen. Desain dapat diartikan sebagai salah satu aktivitas luas dari inovasi desain dan teknologi yang digagaskan, dibuat, dipertukarkan melalui transaksi jual-beli dan fungsional. Desain merupakan hasil kreativitas budi-daya man-made object manusia yang diwujudkan untuk memenuhi kebutuhan manusia, yang memerlukan perencanaan, perancangan maupun pengembangan desain, yaitu mulai dari tahap menggali ide atau gagasan, dilanjutkan dengan tahapan pengembangan, konsep perancangan, sistem dan detail, pembuatan prototipe dan proses produksi, evaluasi, dan berakhir dengan tahap pendistribusian. Jadi disimpulkan bahwa desain selalu berkaitan dengan pengembangan ide dan gagasan, pengembangan teknik, proses produksi serta peningkatan pasar. Ruang lingkup kegiatan desain mencakup masalah yang berhubungan dengan sarana kebutuhan manusia, di antaranya desain interior, desain mebel, desain alat-alat lingkungan, desain alat transportasi, desain tekstil, desain grafis, dan lain-lain. Memperhatikan hal-hal tersebut, desainer dalam analisis pemecahan commit to user masalah dan perencanaannya atau filosofi rancangan desain bekerja sama dengan masyarakat dan disiplin ilmu lain seperti arsitek, psikolog, dokter atau profesi yang lain. Misalnya, dalam merancang desain kursi pasien gigi, dibutuhkan kerja sama dari dokter dan pasien, diperlukan penelitian lebih lanjut tentang aktivitas dan posisi duduk pasien sebagai pemakai, yang efektif, efisien, aman, nyaman dan sehat, sehingga desainer dapat menyatukan bentuk dengan memusatkan perhatian pada estetika bentuk, konstruksi, sistem dan mekanismenya. Selain itu, desainer dapat membuat suatu prediksi untuk masa depan, serta melakukan pengembangan desain dan teknologi dengan memperhatikan segala kelebihan maupun keterbatasan manusia dalam hal kepekaan indrawi sensory, kecepatan, kemampuan penggunaan sistem gerakan otot, dan dimensi ukuran tubuh, untuk kemudian menggunakan semua informasi mengenai faktor manusia ini sebagai acuan dalam perancangan desain yang serasi, selaras dan seimbang dengan manusia sebagai pemakainya. Penilaian suatu hasil akhir dari produk sebagai kategori nilai desain yang baik biasanya ada tiga unsur yang mendasari, yaitu fungsional, estetika, dan ekonomi. Kriteria pemilihannya adalah function and purpose, utility and economic, form and style, image and meaning. Unsur fungsional dan estetika sering disebut fit-form-function, sedangkan unsur ekonomi lebih dipengaruhi oleh harga dan kemampuan daya beli masyarakat Bagas, 2000. Desain yang baik berarti mempunyai kualitas fungsi yang baik, tergantung pada sasaran dan filosofi mendesain pada umumnya, bahwa sasaran berbeda menurut kebutuhan dan kepentingannya, serta upaya desain berorientasi pada hasil yang dicapai, dilaksanakan dan dikerjakan seoptimal mungkin. Ergonomi merupakan salah satu dari persyaratan untuk mencapai desain yang qualified, certified, dan customer need. Ilmu ini akan menjadi suatu keterkaitan yang simultan dan menciptakan sinergi dalam pemunculan gagasan, proses desain, dan desain final periksa Gambar Skema Design Management. commit to user Gambar Skema design management Sumber Bagas, 2000 PENDEKATAN ERGONOMIS DALAM PERANCANGAN DESAIN KERJA Secara ideal perancangan desain kerja haruslah disesuaikan dengan peranan dan fungsi pokok dari komponen-komponen sistem kerja yang terlibat yaitu manusia, mesin/ peralatan dan lingkungan fisik kerja. Peranan manusia dalam hal ini akan didasarkan pada kemampuan dan keterbatasannya terutama yang berkaitan dengan aspek pengamatan, kongnitif, fisik ataupun psikologisnya. Demikian pula peranan atau fungsi mesin/peralatan seharusnya ikut menunjang manusia operator dalam melaksanakan tugas yang ditentukan. Suatu pengertian yang lebih komprehensif tentang ergonomi pada pusat perhatian ergonomi adalah terletak pada manusia dalam rancangan desain kerja ataupun perancangan alat kerja. Berbagai fasilitas dan lingkungan yang dipakai manusia dalam berbagai aspek kehidupannya. Tujuannya adalah merancang benda-benda fasilitas dan lingkungan tersebut, sehingga efektivitas fungsionalnya meningkat dan segi-segi kemanusiaan seperti kesehatan, keamanan, dan kepuasan dapat terpelihara. Terlihat disini bahwa ergonomi memiliki 2 aspek sebagai contohnya yaitu efektivitas sistem manusia di dalamya dan sifat memperlakukan manusia secara manusia. Mencapai tujuan-tujuan tersebut, pendekatan ergonomi commit to user merupakan penerapan pengetahuan-pengetahuan terpilih tentang manusia secara sistematis dalam perancangan sistem-sistem manusia benda, manusia-fasilitas dan manusia lingkungan. Dengan kata lain perkataan ergonomi adalah suatu ilmu yang mempelajari manusia dalam berinterksi dengan obyek-obyek fisik dalam berbagai kegiatan sehari-hari Madyana, 1996. Di pandang dari sistem, maka sistem yang lebih baik hanya dapat
Pewarnaalami lebih banyak membutuhkan bahan pewarna agar mendapatkan warna yang bagus sedangkan pewarna sintesis lebih praktis. Contohnya yaitu, ketika membuat suatu makanan dengan menggunakan pewarna alami rosella maka dibutuhkan lebih dari satu rosella agar menghasilkan warna yang lebih bagus.
ArticlePDF AvailableAbstract and FiguresLimbah sintetis zat kimia dari pewarnaan tekstil menjadi salah satu permasalahan yang masih dihadapi oleh masyarakat dan industri fesyen saat ini. peningkatan penggunaan pewarna sintetis menghasilkan limbah zat kimia berbahaya karena merupakan limbah yang paling sulit terurai pada pembuangan akhir yang berdampak pada kerusakan lingkungan dan kesehatan masyarakat. Sehingga beberapa industri fesyen mulai memanfaatkan ekstrak tumbuhan sebagai bahan utama penghasil warna tekstil dalam menciptakan produk fesyen. Bahan yang digunakan dalam proses pewarnaan adalah bahan alami sehingga dapat terurai dengan baik pada pembuangan akhir. Jenis penelitian yang digunakan ialah deskriptif kualitatif dengan pengumpulan data melalui kegiatan kuisioner dan observasi lingkungan dan masyarakat melalui studi literatur. Tujuan dari penelitian ini bermaksud untuk mengetahui proses pewarnaan alami yang diterapkan dalam produk fesyen. Dari hasil penelitian yang didapatkan, dapat disimpulkan bahwa penggunaan pewarna alam merupakan salah satu hal positif bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat. Didukung dengan semakin banyaknya industri fesyen yang mulai beralih menggunakan pewarna alam dalam produk yang mereka hasilkan, serta adanya nilai-nilai positif yang terkandung seperti nilai fungsional, estetika, serta nilai ramah lingkungan. sehingga hal ini mengingkatnya antusiasme serta ketertarikan masyarakat untuk dalam menggunakan busana casual dari pemanfaatan pewarna alami sebagai busana dalam kegiatan sehari-hari. Content may be subject to copyright. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. JURNAL DA MODA Vol. 4 No 2 – Mei 2023 p-ISSN 2684-9798 Print, e-ISSN 2684-9801 Online Available Online at PEMANFAATAN PEWARNA ALAM DALAM MENGHASILKAN KARYA FESYEN Studi Kasus Produk Busana Casual Pria dan Wanita Komang Ayu Niken Permatasari1, Ni Putu Emilika Budi Lestari2 1Program Studi Desain Mode, Institut Desain dan Bisnis Bali 2Program Studi Desain Komunikasi Visual, Institut Desain dan Bisnis Bali e-mail nikenpermataas emilika Received Februari, 2023 Accepted April, 2023 Publish online Mei, 2023 Synthetic waste chemical substances from textile dyeing is one of the problems that society and the fashion industry are still facing. The increasing use of synthetic dyes produces hazardous chemical waste because it is the most difficult waste to decompose in final disposal, impacting environmental damage and public health. As a result, several fashion industries have begun to utilize plant extracts as the main ingredient for producing textile colors in creating fashion products. The materials used in the coloring process are natural, so they can decompose properly in final disposal. The type of research used is descriptive qualitative with data collection through questionnaire activities and community environmental observations through literature studies. The purpose of this research is to find out the natural coloring process that is applied to fashion products. From the research results, it can be concluded that using natural dyes is a positive thing for the environment and public health. Supported by the increasing number of fashion industries that are starting to switch to using natural dyes in the products they produce, as well as the positive values contained such as functional, aesthetic, and environmentally friendly values. This increases the enthusiasm and interest of the public to use casual clothing from the use of natural dyes as clothing in daily activities. Key words synthetic waste, utilization, natural dyes, casual wear, the fashion industry Limbah sintetis zat kimia dari pewarnaan tekstil menjadi salah satu permasalahan yang masih dihadapi oleh masyarakat dan industri fesyen saat ini. peningkatan penggunaan pewarna sintetis menghasilkan limbah zat kimia berbahaya karena merupakan limbah yang paling sulit terurai pada pembuangan akhir yang berdampak pada kerusakan lingkungan dan kesehatan masyarakat. Sehingga beberapa industri fesyen mulai memanfaatkan ekstrak tumbuhan sebagai bahan utama penghasil warna tekstil dalam menciptakan produk fesyen. Bahan yang digunakan dalam proses pewarnaan adalah bahan alami sehingga dapat terurai dengan baik pada pembuangan akhir. Jenis penelitian yang digunakan ialah deskriptif kualitatif dengan pengumpulan data melalui kegiatan kuisioner dan observasi lingkungan dan masyarakat melalui studi literatur. Tujuan dari penelitian ini bermaksud untuk mengetahui proses pewarnaan alami yang diterapkan dalam produk fesyen. Dari hasil penelitian yang didapatkan, dapat disimpulkan bahwa penggunaan pewarna alam merupakan salah satu hal positif bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat. Didukung dengan semakin banyaknya industri fesyen yang mulai beralih menggunakan pewarna alam dalam produk yang mereka hasilkan, serta adanya nilai-nilai positif yang terkandung seperti nilai fungsional, estetika, serta nilai ramah lingkungan. sehingga hal ini mengingkatnya antusiasme serta ketertarikan masyarakat untuk dalam menggunakan busana casual dari pemanfaatan pewarna alami sebagai busana dalam kegiatan sehari-hari. Kata Kunci limbah sintetis, pemanfaatan, pewarna alam, busana casual, industri fesyen PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu Negara dengan sumber daya alam yang sangat melimpah. Keanekaragaman hayati merupakan salah satu bagian terpenting bagi kehidupan sosial ekonomi dan kebudayaan manusia. Beberapa jenis tumbuhan yang telah dimanfaatkan untuk kesehatan serta bahan baku yang menunjang kehidupan manusia. Salah satunya adalah pemanfaatan pewarna alami yang dibuat dengan memanfaatkan sumber daya alam. Dalam kondisi ini, menuntut kita agar dapat mengeksploitasi dan mengeksplorasi sumber daya alam secara benar, salah satu sumber daya alam yang dapat digunakan adalah zat pewarna alam ZPA. Bagian-bagian tanaman yang bisa digunakan sebagai bahan pewarna alami yaitu mulai dari kulit, daun, akar, buah, serta biji dari tumbuhan. Awalnya proses pewarnaan tekstil menggunakan zat warna yang berasal dari bahan alam. Namun, seiring dengan perkembangan zaman ditemukannya zat pewarna sintetis sehingga penggunakan pewarna alam semakin terkikis atau sedikitnya penggunaan zat pewarna alam yang digunakan. zat warna alam sedikit ditinggalkan karena beberapa kendala, antara lain adalah sulitnya dalam mencari bahan, dan rumitnya proses pembuatan yang menghabiskan banyak waktu dan keterbatasan warna yang dihasilkan karena sebagian besar dari hasil pewarnaan zat alam mengeluarkan warna yang monoton, seperti warna biru dan coklat. selain itu, proses pewarnaan atau pencelupan dengan zat warna alam memerlukan waktu yang tergolong lebih banyak dilakukan pengulangan. Dimana hal ini juga berdampak dalam harga pasar yang diberikan kepada masyarakat. Busana yang paling banyak dihasilkan oleh industri fesyen dengan menggunakan pewarna sintetis salah satunya adalah busana casual baik pria maupun wanita. Jenis-jenis pakaian casual meliputi kaos, jeans, gaun, atasan, blus, rok dan lain-lain. Pada era sekarang, atau era milenial busana casual berkembang sangat pesat dikalangan masyarakat Busana casual merupakan busana yang sederhana, praktis, nyaman dipakai, serta memiliki ukuran yang longgar. Busana ini biasanya digunakan sehari-hari dalam kegiatan formal atau non-formal tetapi tetapi disesuaikan dengan kegiatan yang dilakukan [1]. Model dari busana casual bisa berupa rok, blus, kemeja, jaket, celana, atau dress. Pada sisi lain, menurut sarah sax, 2018 sejak tahun 2000 sampai dengan sekarang, data produksi busana sedunia tercatat meningkat 2 kali lipat. Rata-rata konsumen membeli baju, celana, atau jaket lebih banyak 60 persen tiap tahun dibanding tahun-tahun awal di-abad 21 [2]. Menurut wibesite Ellen Macarthur Foundation dalam artikel fashion menyebutkan bahwa industri fesyen menghasilkan emisi gas lebih merusak dibanding gabungan industri pelayaran dan penerbangan. Jumlah limbah dari aktivitas pembuatan busana pria dan wanita seperti baju, celana, hingga sepatu diseluruh dunia semakin meningkat, seiring dengan banyaknya juga air bersih terbuang demi mengikuti tren fesyen [3]. Fenomena dari perkembangan industri fesyen yang sangat pesat tersebut terdapat banyaknya potensi dampak buruk yang dihasilkan. Yaitu banyaknya sektor industri fesyen menggunakan material atau bahan baku yang tidak ramah lingkungan. Salah satunya penggunaan zat warna sintesis yang berdampak buruk bagi kesehatan kulit dan hasil dari limbah zat pewarna sintesis dapat merusak lingkungan serta ekosistem alam. Menurut data Biro Pusat Statistik tahun 2000 bahwa kebutuhan zat pewarna baik untuk keperluan proses produksi maupun industri meningkat tiap tahunnya. Tingginya pemakaian zat pewarna pada kegiatan industri tertentu membawa dampak pada peningkatan jumlah bahan pencemar dalam limbah cair yang dihasilkan Nugroho, 2005. Menurut Selvam 2003, sekitar jenis pewarna digunakan pada industri tekstil dan lebih dari 7x105 ton bahan pewarna yang diproduksi tiap tahunnya. Selama proses pewarnaan berlangsung, 10-15% dari zat warna tekstil yang digunakan akan terbuang bersama limbah [4] yang dimana limbah tersebut dapat merusak ekosistem yang berada pada lingkungan sekitar. Mukhlis 2011 menyebutkan bahwa zat pewarna alam selain aman dan ramah lingkungan juga lebih disukai oleh konsumen karena mempunyai warna-warna yang indah dan khas sehingga sulit ditiru oleh zat pewarna sintetis. Perwarna alami juga merupakan alternatif pewarna yang tidak beracun dan dapat diperbaharui renewable, dan mudah tergredasi dan ramah lingkungan Yernisa, dkk.,2013 [5]. Bagian tanaman yang dapat digunakan sebagai zat warna alam yaitu kulit, batang, daun, bunga, biji, akar, serta ranting dan juga getah dari tumbuhan. Zat warna alam ini juga didapatkan dari proses perebusan ekstrak pada bagian tanaman yang memiliki atau mengandung pigmen warna. Dengan menggunakan pewarna alam yang berasal dari tumbuhan dapat membantu mengurangi jumlah penggunaan zat kimia atau sintetis dan mampu menjaga kelestarian alam pada masa yang akan datang. Selain menjaga kelestarian alam, zat pewarna alam juga memberikan efek positif bagi kesehatan pada tubuh. Penggunaan dari zat pewarna alam ini juga dapat meningkatkan mutu dari produk fesyen yang dihasilkan. Oleh karena adanya permasalahan yang muncul, dalam penelitian ini lebih lanjut akan dikupas atau diteliti tentang pemanfaatan pewarnaan tekstil dalam menghasilkan karya fesyen dalam berbagai produk, salah satunya adalah produk busana casual pria dan wanita dimana dalam kasus ini setidaknya dapat meningkatkan minat masyarakat dalam menggunakan bahan-bahan atau busana dari pewarnaan alami sebagai media dari pembuatan busana yang digunakan dan membantu mengurangi pencemaran lingkungan dan juga menjaga kesehatan dari paparan zat kimia yang berbahaya yang mampu menyebabkan penyakit pada kulit. METODE PENELITIAN Dari objek serta hasil yang akan dapatkan, jenis penulisan yang digunakan adalah penulisan deskriptif kualitatif. Secara umum, deskriptif kualitatif adalah salah satu teknik atau metode yang digunakan dalam penelitian kualitatif, dan penelitian kualitatif merupakan penelitian yang lebih menekankan pada pengamatan fenomena dan insting dari penulis [6] . Jenis pengumpulan data ini menggunakan pengumpulan secara deskriptif kualitatif bermaksud untuk mendeskripsikan dan menjelaskan mengenai pemanfaatan pewarna alam pada karya fesyen pada studi kasus busana casual pria dan wanita serta dampak yang dihasilkan oleh industri fesyen. Selanjutnya dilakukan kegiatan pengumpulan data melalui kegiatan kuisioner serta observasi melalui kajian internet menggunakan studi literatur. Kegiatan pengumpulan data secara kuisioner dilakukan dengan cara menyebarkan pertanyaan kepada responden mengenai penggunaan pewarna alam dalam busana casual pria dan wanita serta tanggapan masyarakat terkait dengan pengunaan serta saran dan harapan bagi industri fesyen. Penyebaran kuisioner dilakukan dengan memanfaatkan platform google form atau g-form sebagai platform dalam pengumpulan data penelitian. Kuisioner ditujukan kepada masyarakat pria dan wanita dengan usia rata-rata 18 tahun keatas yang gemar dalam fesyen dan memiliki ketertarikan pada alam. Pengumpulan data kedua dilakukan menggunakan metode observasi mengenai fenomena penggunaan busana casual pria dan wanita serta kajian internet menggunakan studi literatur dalam mengumpulkan beberapa data serta informasi untuk memperkuat penelitian yang dituju. Pada observasi fenomena serta kajian internet, penulis memanfaatkan beberapa media platform seperti menggunakan wibesite, blog, google, e-jurnal, e-skripsi mengenai sumber zat pewarna hingga proses pengaplikasian pewarna alam pada tekstil serta membahas mengenai fenomena yang terjadi pada pasar. Dan media lainnya dalam membantu menyempurnakan penelitian. HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Data/Hasil Sukmadinata 2017 72 penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau menjabarkan fenomena yang ada, baik fenomena alami maupun fenomena buatan manusia bisa mencakup aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena satu dengan fenomena lain [7]. Menurut Arikunto 2002, data merupakan segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan untuk Menyusun suatu informasi, sedangkan informasi adalah hasil pengolahan data yang dipakai untuk suatu keperluan [8]. Sumber Zat Pewarna Alami Sumber pewarna alami adalah yang berasal dari tumbuhan, binatang, dan mikroorganisme Aberoumand, 2011; Rymbai et al., 2011; Gupta et al., 2011. Visalakshi dan Jawaharlal 2013 menyatakan bahwa pewarna alami dapat diperoleh dari tumbuhan, binatang, atau mineral. Jenis pewarna dari serat alam disebut serta selulosa cellulose [9]. Hampir semua bagian tumbuhan apabila di ekstrak dapat menghasilkan warna, seperti bunga, buah, daun, biji, kulit, batang, kayu, dan akar. Beberapa bagian tumbuhan bisa digunakan dalam membuat warna alami yang bisa ditemukan di indonesia. Daun Ketapang Terminalia catappa menghasilkan tiga warna mulai dari warna olive, kuning kecoklatan, hingga warna hitam tergantung dengan campuran bahan yang digunakan, tumbuhan secang Biancaea sappan menghasilkan warna merah alami, tumbuhan mahoni Swietenia mahagoni penghasil warna coklat, daun manga Mangifera indica penghasil warna kuning, dan beberapa warna seperti warna biru yang dihasilkan dari tumbuhan Indigofera Indigofera tinctoria penghasil warna biru indigo. Pada proses pembuatan warna ini dilakukan proses Isolasi pigmen/pewarna alami dari tumbuhan dapat dilakukan dengan cara mengekstrak bagian dari tumbuhan tersebut. Zat pewarna alam dapat diperoleh dengan cara ekstraksi dari perbagai bagian tanaman menggunakan pelarut air pada suhu yang tinggi. dan juga menggunakan waktu estimasi pembuatan kurang lebih 24 jam[9]. Setelah itu dilakukan proses pencelupan pada warna hingga menghasilkan warna yang diinginkan pada kain Gambar 1 Shades Of Natural Dyes Manual Sumber 28 Nop 2022 Setelah melewati berbagai proses pewarnaan alam sampai proses akhir, kain yang sudah jadi selanjutnya bisa digunakan untuk membuat suatu produk fesyen. Salah satunya adalah pembuatan busana casual pria dan wanita dengan menggunakan pemanfaatan pewarna alam. Dimana busana casual semakin hari semakin dibutuhkan dan diminati oleh masyarakat dalam memenuhi gaya berpakaian sehari-hari yang diinginkan. Gambar 2 Busana Casual Dengan Menggunakan Pewarna Alam. Sumber Natural dyeing fashion product diakses pada 2 November 2022 Dalam pengujian deskripsi data ini, peneliti mencoba untuk mengetahui mengenai deskripsi diri, pengetahuan mengenai warna serta ketertarikan responden terhadap penggunaan pewarna alam dalam busana casual pria dan wanita yang menjadi sampel dalam penelitian ini. Dari pengumpulan data hasil dari jawaban responden, dengan jumlah 64 responden dengan menggunakan platform google form atau gform serta penulis menggunakan pengumpulan data melalui observasi fenomena dan kajian internet menggunakan studi literatur dalam memenuhi data penelitian. Table 1 Hasil uji frekuensi berdasarkan jenis kelamin responden Sumber data pribadi diolah pada tahun 2022 Hasil data menunjukan bahwa karakteristik responden berdasarkan jenis responden yaitu dengan jenis kelamin pria dengan jumah 19 orang dan jenis kelamin wanita dengan jumlah 45 orang. total keseluruhan responden pada penelitian ini berjumlah 64 orang. Tabel 2 Hasil uji frekuensi berdasarkan usia responden Sumber data pribadi diolah pada tahun 2022 Hasil data uji frekuensi menunjukan bahwa karakteristik responden berdasarkan usia yaitu dengan usia kurang dari 17 tahun sebanyak 0 orang, dengan usia 17-25 tahun sebanyak 44 orang, 26-35 tahun sebanyak 8 orang, 36-45 tahun sebanyak 8 orang, dan usia lebih dari 45 tahun sebanyak 4 orang. dapat disimpulkan bahwa karakteristik responden berdasarkan usia penelitian ini didominasi oleh responden dengan usia 17-25 tahun sebanyak 44 orang. Table 3 Hasil uji frekuensi berdasarkan pekerjaan responden Sumber data pribadi diolah pada tahun 2022 Hasil dari data frekuensi menunjukan bahwa karakteristik responden berdasarkan pekerjaan yang dimiliki yaitu pekerjaan sebagai pelajar sejumlah 2 orang, pekerjaan sebagai mahaiswa sejumlah 39 orang, pekerjaan sebagai wiraswasta sejumlah 1 orang, pekerjaan sebagai PNS sejumlah 4 orang, dan pekerjaan sebagai wiraswasta sejumlah 18 orang. dapat disimpulkan bahwa karakteristik responden berdasarkan oleh pekerjaan yang mereka miliki didominasi oleh pekerjaan sebagai pelajar dengan total 39 orang dari 64 responden. Grafik batang 1 Hasil uji frekuensi berdasarkan asal daerah responden Sumber data pribadi diolah pada tahun 2022 Dari hasil data frekuensi menunjukan bahwa karakterisktik responden berdasarkan daerah asal yang mereka tempati, yang paling mendominasi adalah para responden denga nasal daerah yang bertempat di Bali, dimana secara perhitungan manual, terdapat 39 orang berasal dari Bali dan Sebagian responden berasal dari luar Bali sebanyak 25 orang seperti Jakarta, Surabaya, Semarang, Sulawesi, Bandung, Yogyakarta, Kalimantan, dan juga NTT. Grafik Diagram 2 Hasil frekuensi mengenai ketertarikan pada alam Sumber data diolah pada tahun 2022 Hasil dari data frekuensi menunjukan mengenai ketertarikan responden terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan alam di dominasi presentase dimana 61 orang menyatakan bahwa mereka memiliki ketertarikan dengan segala sesuatu yang berkaitan dengan alam, dan sebagian dari responden menyatakan bahwa mereka tidak tertarik dengan segala sesuatu yang berkaitan dengan alam 1 orang, tidak terlalu tertarik dengan alam 1 orang, dan depens atau tergantung dengan ketertarikan pada alam 1 orang. Grafik Diagram 3 Hasil frekuensi mengenai menyukai produk dari pemanfaatan alam sehari-hari Sumber data pribadi diolah tahun 2022 Dari grafik diagram diatas menunjukan Sebagian besar responden dengan presentase atau 58/64 orang responden menyukai menggunakan produk dari pemanfaatan alam untuk memenuhi kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari. Dan Sebagian dari responden menyatakan tidak menyukai menggunakan produk dari pemanfaatan alam dengan presentase 3 orang, lumayan menyukai 1 orang, tidak terlalu 1 orang, dan tidak selalu menggunakan produk dari pemanfaatan alam 1 orang. Grafik Diagram 4 Hasil frekuensi responden menyukai warna yang dihasilkan oleh pewarna alam Sumber data pribadi diolah tahun 2022 Dari grafik diagram dilihat bahwa hampir seluruh responden 63 dari 64 orang menyukai warna yang dihasilkan oleh pewarna alam dan 1 diantaranya menyebutkan bahwa mungkin antara menyukai atau tidak menyukai warna yang dihasilkan oleh pewarna alam. Grafik diagram 5 Hasil frekuensi responden menyukai warna yang diaplikasikan ke dalam busana casual Sumber data pribadi diolah tahun 2022 Pada grafik diagram ini menyatakan bahwa seluruh responden menyukai warna yang dihasilkan oleh pewarna alam yang diterapkan kedalam busana casual pria dan wanita. Grafik diagram 6 Hasil frekuensi responden yang memiliki ketertarikan dalam menggunakan busana casual Sumber data pribadi diolah tahun 2022 Dari hasil data frekuensi menunjukan hal apa yang menjadi ketertarikan responden dalam menggunakan busana casual dari pemanfaatan pewarna alam dan didominasi oleh responden dimana 41% 26 responden tertarik karena warna yang dihasilkan oleh pewarna alam dalam busana casual, 4% 4 orang memilih tertarik karena proses pembuatan, sebanyak 28% 18 responden tertarik karena ramah lingkungan dan berkaitan dengan alam, 16% 10 responden memilih karena dampak yang dihasilkan seperti pencemaran limbah dan gangguan ekosistem, dan 9% 6 responden memilih lainnya atau hanya tertarik tanpa memberikan alasan. Grafik Batang 7 Hasil frekuensi responden mengenai desain yang diminati Sumber data diolah tahun 2022 Hasil data frekuensi menyebutkan bahwa desain yang diminati oleh responden di dominasi oleh pilihan lainnya sebanyak 23 responden menyebutkan memilih desain outer, blouse, kemeja, celana dan lain-lain sebagai desain yang diharapkan. Selanjutnya sebanyak 16 responden memilih desain yang simple dan minimalis, sebanyak 9 responden memilih warna seperti warna earthtone atau warna alam, sebanyak 5 responden memilih desain yang elegant , dan lainnya seperti desain yang mudah di mix and match, feminism romantic, nyaman, trendy, formal atau semi formal, tradisional, hingga pakaian streetwear. Total keseluruhan responden sebanyak 64 orang dengan jumlah pilihan lebih dari satu. Grafik Diagram 8 Hasil frekuensi mengenai saran dan pendapat bagi industri fesyen dalam produk Sumber data pribadi diolah tahun 2022 Dari hasil frekuensi pada diagram batang, saran serta pendapat masyarakat terhadap industri fesyen yang bergerak atau menekankan penggunaan pewarna alam dalam produk yang dirancang didominasi oleh responden sebanyak 38% 23 orang memilih agar industri fesyen tetap konsisten dalam menggunakan pewarnaan alam atau bahan-bahan yang digunakan sebagai pewarna alam, sebanyak 27% 16 orang memilih selain menggunakan pewarna alam, industri fesyen harus juga meningkatkan value dari produk yang dihasilkan mulai dari proses pembuatan hingga pemasaran kepada masyarakat. Sebanyak 11% 7 orang menyatakan bahwa industri fesyen juga tetap mempelajari atau belajar dari dampak yang dihasilkan oleh limbah fesyen, sebanyak 5% 3 orang menyatakan bahwa industri fesyen juga turut memperbanyak warna yang dihasilkan sehingga masyarakat bisa memilih warna yang disukai, sebanyak 2% 1 orang menyatakan selain menggunakan pemanfaatan alam, industri fesyen juga turut mengambil alih dalam pelestarian alam, sebanyak 2% 1 orang juga memilih bahwa penerapan pewarnaan alam bisa menjadi salah satu motivasi terbaru dalam fesyen. dan sebagian responden sebanyak 15% 9 orang memilih lainnya atau hanya setuju tanpa memberikan alasan. Berdasarkan pada survey global yang dilakukan populix dalam gaya berbusana masyarakat Indonesia dalam memilih gaya untuk berbusana 2022 dimana pada survey global yang dilakukan, sebanyak 68% masyarakat memilih busana casual sebagai gaya berpakaian masa kini [10]. Grafik Batang 9 Hasil frekuensi global mengenai gaya busana tahun 2022 Sumber survey gaya busana 2022 diakses pada tanggal 11 September 2022 Data tersebut membuktikan bahwa masyarakat pada era sekarang lebih menyukai menggunakan pakaian casual nomer dua setelah gaya berpakaian yang simple. Banyaknya permintaan busana casual ini menyebabkan para industri fesyen mulai dalam memproduksi pakaian-pakaian busana casual demi memenuhi kebutuhan masyarakat. Pembahasan 1. Proses Pembuatan Pewarna Alami Agar warna yang dihasilkan dapat terikat dengan baik, dalam pembuatan pewarnaan alam menggunakan beberapa metode dalam pembuatannya. Yang pertama adalah teknik mordanting. Menurut Noor 2007137 mordanting adalah proses untuk meningkatkan daya tarik warna alam terhadap bahan tekstil serta berguna untuk menghasilkan kerataan ketajaman warna warna yang baik [11]. Wijaya 20103 mengatakan bahwa cairan yang dapat mengikat warna adalah tawas, jeruk nipis, kapur sirih, tunjung, gula kelapa, gula jawa, cuka, air tapai, dan lain-lain sebagai mordan untuk mengikat warna pada tekstil [12]. Cara dalam pengaplikasiannya yaitu dengan merendam kain pada mordan dan dilakukan perendaman atau pencelupan dengan waktu perendaman selama Pada kegiatan mordan, air direbus dengan suhu 50-60 derajat. Tujuan dari perebusan kain pada proses mordan adalah untuk membuka pori-pori kain agar warna bisa masuk kedalam pori-pori kain, dan menghilangkan lapisan-lapisan berupa lapisan kanji yang berada pada kain yang akan dilakukan proses morndan. Gambar 3 Teknik Mordanting Sumber Diakses pada tanggal 28 Novermber 2022 Proses selanjutnya adalah proses pewarnaan dengan menggunakan ekstrak tumbuhan yang sudah dilakukan perebusan selama kurang lebih 30-1 jam. Kain yang sudah menjalanin proses mordanting akan diangkat dan dimasukan kedalam wadah yang berisikan ZPA Zat Pewarna Alam. Dalam proses pencelupan rata-rata waktu yang diperlukan 10-15 menit persesi tergantung dari kepekatan warna yang diinginkan seperti melakukan proses pencelupan 8 sesi untuk agar warna yang dihasilkan lebih gelap dan melakukan pencelupan 1-2 sesi untuk hasil warna yang dihasilkan bewarna muda. Gambar 4 Proses pewarnaan kain dengan ekstrak tumbuhan Sumber CV. Tarum Bali 18 november 2022 Setelah proses pencelupan selesai, dilanjutkan pada metode terakhir yaitu metode fikstator. Selain mengarahkan warna, tujuan utamanya adalah mengunci warna agar warna tidak hilang saat dilakukan proses pembilasan. Pada proses fisktator yang digunakan tergantung dari asam dan basa. Fikstator yang digunakan antara lainnya adalah tanjung yang bersifat asam, tawas, kapur yang bersifat basa, dan cuka. Jika warna yang diinginkan cenderung lebih terang dapat menggunakan fiksator basa seperti menggunakan kapur, dan menggunakan fisktator dari air tawas dalam menghasilkan warna yang tetap seuai dengan warna pada proses pencelupan [13]. Sedangkan penggunaan fikstator asam akan mengarahkan warna menjadi lebih redup atau gelap. Kecuali pada warna indigo menggunakan fikstator cuka dalam mengunci warna. Proses fiksasi dilakukan 10-15 menit persesinya. Gambar 5 Proses Fiksator – Sample kain dengan menggunakan pewarna dari serabut kelapa Sumber dokumen pribadi 25 November 2022 2. Proses Perawatan Kain Dari Pewarna Alam Beberapa hal yang harus diketahui mengenai perawatan produk. Secara umum, diketahui bahwa pewarna alam memiliki tingkat resiko pudar saat dilakukan proses pencucian. Hal ini menjadi permasalahan yang ditakutkan sebagian masyarakat dalam menggunakan produk dari perwarnaan alam. Menurut Bapak Hendra selaku owner dari CV. Tarum Bali mengungkapkan bahwa pewarnaan alam akan mengalami kepudaran jika sering melewati proses pencucian dan proses pengeringan. Tetapi proses pudar yang dihasilkan biasanya memiliki presentase yang berbeda-beda tergantung dari bahan yang digunakan dalam mencuci kain dari pewarna alam. Biasanya presentase penurunan warna diangka 20-30%. Misalnya jika warna awal yang digunakan adalah warna gelap, sedikit demi sedikit akan menghasilkan warna terang. Hal inilah yang menjadi tingkat kesulitan dalam proses perawatan produk dari bahan alam karena penguncian warna alam tidak bisa sempura seperti penguncian warna yang menggunakan bahan kimia. Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam perawatan produk dengan pewarna alam yaitu; 1. dengan menggunakan detergen ber-pH normal atau detergen dengan bahan alami sehingga warna pada kain tidak cepat luntur. 2. Menjemur di tempat yang tidak langsung berpapar pada sinar matahari. Jika kain pewarna alam dijemur langsung mengenai sinar matahari, warna akan menjadi cepat pudar. Gambar 6 Natural Dyes Sumber Diakses pada tanggal 28 November 2022 3. Kendala Proses Pewarnaan Alam Selain itu adanya beberapa kendala yang dihasilkan saat proses pewarnaan alam berlangsung karena hasil dari ekstrak daun tidak selalu sama karena tipe tumbuhan pada saat penanaman sampai pada proses ekstraksi warna yang dihasilkan tidak selalu sama. Hal ini membuat salah satu kendala yang berada pada industri fesyen konsistensi warna yang dihasilkan sehingga pada proses pencelupan harus di kalibrasikan secara manual. Hal tersebut tidak membuat para industri fesyen yang bergerak dalam pewarnaan alami menyerah, tetapi tetap membuat mereka semakin giat dalam memasarkan produk yang mereka hasilkan. Salah satunya adalah dengan memproduksi busana casual yang diminati oleh masyarakat baik pria dan wanita, hal ini dikarenakan pakaian casual memiliki tingkat penggunaan dan ketertarikan yang besar. Menurut data global mengenai penggunaan busana, busana casual merupakan busana yang disukai oleh masyarakat di tahun 2022. Berdasarkan pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan metode kuisioner menyebutkan bahwa penggunaan pewarna alam dalam karya fesyen. Selain memberikan dampak positif bagi kesehatan serta alam, juga memberikan ketertarikan dalam berbusana dengan memanfaatkan pewarna alam sebagai pewarna tekstil yang digunakan dalam produk fesyen. Selain warna yang dihasilkan dari pewarna alam memiliki warna yang unik, pewarnaan alam tentunya menerapkan konsep ramah lingkungan yang dimana pada konsep ini sangat mengacu kepada antusiasme masyarakat dalam menerapkan konsep ramah lingkungan pada kehidupan sehari-hari karena mampu menghasilkan produk yang bisa menjaga kesehatan dan bahan yang digunakan pada pewarnaan alam hingga produk jadi merupakan bahan dengan natural yang dalam prosesnya tidak menggunakan zat kimia. selain itu, menurut data kuisioner sebagian responden menyatakan bahwa hasil warna yang dihasilkan dari ekstrak tumbuhan memiliki warna yang khas serta warna yang unik serta warna yang dihasilkan tidak terlalu mencolok tetapi menghasilkan warna yang soft atau warna lembut. Dimana warna khas tumbuhan sulit dicontoh oleh pewarna sintetis. Hal tersebut menjadi nilai plus dari penggunaan pewarnaan alami pada produk fesyen. Dari ketertarikan dan antusiasme masyarakat dalam dalam merapkan konsep ramah lingkungan pada kehidupan sehari-hari membuat beberapa industri fesyen mulai bergerak dalam menghasilkan produk sesuai dengan permintaan pasar yang ada. Dari hasil kuisioner responden serta hasil data global mengenai tren busana 2022 masyarakat dengan tingkat dan minat dalam menggunakan pakaian casual memiliki peringkat kedua setelah pakaian dengan tren simple. Hal ini dikarenakan masyarakat lebih menyukai permintaan pasar terkait dengan busana casual baik pria dan wanita membuat para industri fesyen yang bergerak dalam bidang pewarnaan alam turut serta memproduksi busana casual. Desain yang digunakan cenderung simple dan nyaman dilihat serta digunakan. Busana casual merupakan busana yang terus berkembang mengkuti tren fesyen seiring dengan berjalannya waktu. Didukung oleh keadaan pasar fesyen yang sudah mulai mengerti serta peduli terhadap pentingnya penerapan ramah lingkungan pada fesyen tersebut. Masyarakat juga mendukung industri fesyen dalam memproduksi busana dari hasil pemanfaatan alam seperti penggunaan pewarna alam yang digunakan sebagai warna dalam tekstil. dan mengharapkan para industri fesyen bisa lebih mengembangkan serta memproduksi busana yang ramah lingkungan yang dimana perlahan bisa mengurangi peningkatan penggunaan pewarna sintetis dan seiring berjalannya waktu. Tetapi, selain menggunakan pewarna alam sebagai pewarna tekstil, para industri fesyen juga tetap harus menjaga dan melestarikan tumbuhan yang digunakan dalam pembuatan pewarnaan alam sehingga tumbuhan yang digunakan tidak habis atau tidak punah tetapi bisa terus digunakan. Berdasarkan pemaparan data serta pembahasan diatas, maka dilakukan Analisa SWOT mengenai penggunaaan pewarna alam dalam produk fesyen dalam studi kasus produk casual pria dan wanita. Kekuatan atau strength Dari isu-isu serta dampak yang dihasilkan oleh penggunaan pewarna sintetis pada fesyen membuat para industri fesyen mulai menggunakan sumber daya alam SDA sebagai bahan atau material utama dari pembuatan warna tekstil. selain menerapkan konsep ramah lingkungan juga menjadi salah satu keunggulan karena secara langsung turut menjaga serta melestarikan alam dan mampu mengajak masyarakat kembali dalam menggunakan produk berbahan dasar alam sehingga meminimalisir penggunaan pewarna sintetis pada produk fesyen salah satunya adalah busana casual pria dan wanita yang digunakan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Kelemahan weakness dari fenomena ini dapat diketahui mengenai proses pewarnaan hingga proses produksi busana casual memerlukan waktu yang sangat lama, dikarekan proses pewarnaan atau pencelupan dengan zat warna alam memerlukan waktu yang tergolong lebih banyak dilakukan pengulangan. Dimana hal ini juga berdampak dalam harga pasar yang diberikan kepada masyarakat terhadap produk khususnya busana casual yang memiliki harga jauh lebih mahal dibandingkan dengan busana casual yang dibuat dengan menggunakan metode pewarnaan sintetis. Selain itu, keluhan dari beberapa masyarakat mengenai proses perawatan karena busana alam memiliki cara perawatan yang tidak cukup mudah seperti perawatan pada busana dengan pewarna sintetis. Hal ini menjadi suatu kelemahan dari penggunaan pewarna alam pada produk fesyen. Adanya ancaman threat mengenai banyaknya para industri fesyen yang masih menggunakan pewarna sintetis dan memberikan harga produk yang di produksi menjadi lebih murah dibandingkan dengan pewarnaan alami yang dimana hal ini sangat diminati oleh beberapa masyarakat yang lebih mementingkan suatu harga yang murah tanpa memikirkan dampak yang ditimbulkan. Dengan adanya Kesempatan opportunity yaitu dengan adanya kesadaran baik kesadaran masyarakat serta kesadaran para industri fesyen yang lebih mengerti mengenai penggunaan produk ramah lingkungan dan beberapa masyarakat juga lebih memilih menggunakan produk fesyen salah satunya adalah busana casual sebagai busana yang digunakan sehari-hari dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan dan beberapa diantaranya masyarakat juga menginginkan produk yang digunakan dari pewarnaan alam sehingga turut serta dalam menjaga alam serta ekosistem. KESIMPULAN Limbah zat kimia yang dihasilkan dari pewarna sintetis pada bahan tekstil menjadi salah satu masalah utama yang terjadi di lingkungan dan masyarakat, dengan memanfaatkan sumber daya alam SDA salah satunya pemanfaatan tumbuhan sebagai sarana dalam pembuatan pewarna alam pada bahan tekstil dapat mengurangi dampak buruk dari limbah zat kimia tersebut. Pemanfaatan ekstrak tumbuhan dalam menghasilkan warna alam yang dapat dimanfaatkan sebagai warna tekstil merupakan salah satu hal positif karena dapat mengurangi pencemaran lingkungan. terlebih penggunaan busana casual adalah busana yang paling banyak dan sering digunakan oleh masyarakat baik pria dan wanita. Hal tersebut yang membawa beberapa para industri fesyen mulai menggunakan pewarnaan alam pada produk busana yang mereka hasilkan. Beberapa industri fesyen juga menambahkan tambahan lain selain nilai fungsional maupun estetika yang diterapkan dalam desain busana casual sehingga masyarakat menjadi tertarik dalam membeli produk fesyen yang ditawarkan oleh para industri fesyen. Seperti menambah nilai ramah lingkungan dan nilai warna yang dihasilkan serta teknik yang digunakan pada setiap proses pembuatannya. Hal ini menjadi nilai plus dari industri fesyen dalam menghasilkan busana casual menggunakan pemanfaatan alam. Untuk dapat disukai oleh pasar, selain produk yang dihasilkan merupakan jenis produk yang dibutuhkan oleh masyarakat, juga disesuaikan dengan trend yang berada dipasaran karena sebuah trend merupakan suatu hal yang berperan penting dalam fesyen. Dengan adanya nilai-nilai tersebut diharapkan melalui karya ilmiah ini dapat membantu para industri fesyen sedikit demi sedikit beralih menggunakan pewarnaan alam pada produk yang mereka hasilkan serta kesadaran masyarakat mengenai pencemaran lingkungan dengan turut serta menggunakan busana casual dari pemanfaatan pewarna alam sebagai busana sehari-hari. DAFTAR SUMBER [1] T. Prihatin and S. M. Kusumasari, “Perancangan Busana Casual Wanita Dari Bahan Jumputan Dipadu Bahan Lurik,” J. Socia Akad., vol. 6, no. 1, pp. 1–8, 2020, [Online]. Available [2] S. Sax, “Fashion Adalah Industri Paling Banyak Menghasilkan Polusi di Dunia,” 2018. accessed Dec. 01, 2022. [3] Ellen Macarthur Foundation, “A New Textiles Economy Redesigning Fashion’s Future.” accessed Dec. 22, 2022. [4] Debby Rakhmawati, “REMENDIASI LIMBAH PROSES PEWARNA NAPOL JEANS DENGAN SISTEM LUMPUR AKTIF MENGGUNAKAN BAKTERI INDIGENUS,” pp. 10–26, 2015, [Online]. Available [5] E. Septianti Putri and D. Widihastuti, “Pemanfaatan Daun Mimba Sebagai Zat Warna Alam Tekstil,” pp. 1–12, 2019, [Online]. Available [6] Latifah Uswatun Khasanah, “Penelitian Kualitatif Teknik Analisis Data Deskriptif,” wibesite, 2021. accessed Dec. 23, 2022. [7] Krisnan, “8 Pengertian Penelitian Deskriptif Menurut Para Ahli,” wibesite, 2022. accessed Dec. 22, 2022. [8] “Pengertian Data Serta Definisi Data Menurut Para Ahli - Definisi dan Pengertian Menurut Ahli,” 2016. accessed Dec. 22, 2022. [9] T. Pujilestari, “Review Sumber dan Pemanfaatan Zat Warna Alam untuk Keperluan Industri,” Din. Kerajinan dan Batik Maj. Ilm., vol. 32, no. 2, pp. 1–14, 2015, doi [10] V. A. Dihni, “Survey Mayoritas Masyarakat Indonesia Memilih Gaya Simple untuk Tren Busana 2022,” wibesite 2022. accessed Dec. 23, 2022. [11] E. Amelia, Adriani, and Y. Idrus, “PERBEDAAN TEKNIK MORDANTING TERHADAP HASIL PENCELUPAN ZAT WARNA ALAM EKSTRAK DAUN KELADI HIAS Philodendron DENGAN MORDAN AIR TAPAI PADA BAHAN SUTERA,” Teach. Teach. Educ., vol. 12, no. 1, pp. 1–16, 2015, [Online]. Available [12] S. MARTALINDA, “Pengaruh Mordan Air Kelapa Pada Pencelupan Bahan Katun Menggunakan Ekstrak Umbi Temulawak Curcuma Xanthorriza Roxb,” E-Journal Home Econ. Tour., vol. 2, no. 1, pp. 1–16, 2013. [13] D. A. Yonanda, “Pengaruh Jenis Zat Fiksasi Terhadap Ketahanan Luntur Warna Pada Tekstil Katun, Sutera, Satin Menggunakan Zat Warna Biji Buah Durian Durio zibethinus Murray,” Tugas Akhir Skripsi, vol. 6, no. 1, pp. 1–148, 2019. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this PujilestariABSTRAKPada umumnya pewarna sintetis memiliki beberapa keunggulan antara lain; jenis warna beragam dengan rentang warna luas, ketersediaan terjamin, cerah, stabil, tidak mudah luntur, tahan terhadap berbagai kondisi lingkungan, daya mewarnai kuat, mudah diperoleh, murah, ekonomis, dan mudah digunakan. Namun demikian penggunaan pewarna sintetis dapat menimbulkan masalah kesehatan dan lingkungan serta berpengaruh kurang baik terhadap semua bentuk kehidupan. Pewarna alami bersifat tidak beracun, mudah terurai, dan ramah lingkungan. Sumber utama pewarna alami adalah tumbuhan dan mikroorganisme, warna yang dihasilkan beragam seperti; merah, oranye, kuning, biru, dan coklat. Kelompok penting senyawa kimia pewarna alami adalah karotenoid, flavonoid, tetrapirroles, dan xantofil. Pewarna alami dapat digunakan pada industri tekstil, makanan, farmasi, kosmetik, kerajinan dan penyamakan kulit. Peningkatan kepedulian terhadap kesehatan dan lingkungan, menjadikan pewarna alami sebagai pewarna yang dianjurkan, disamping itu produk industri dengan pewarna alami memiliki pasar yang baik. Kata Kunci pewarna alami, sumber, senyawa kimia, kegunaan ABSTRACTIn general, synthetic dyes have several advantages, among others; a variety of colors with wide color range, availability is assured, bright, stable, not easily fade, resistant to various environmental conditions, strong coloring power, easily available, cheap, economical, and easy to use. However, the use of synthetic dyes can cause health and environmental problems as well as the unfavorable impact of all forms of life. Natural dyes are non-toxic, biodegradable, and environmentally friendly. The main sources of natural dyes are plants and microorganisms, which produced a variety of colors such as; red, orange, yellow, blue, and brown. An important group of chemical compounds of natural dyes are carotenoids, flavonoids, tetrapirroles, and xantophylls. Natural dyes can be used in the textile industry, food, pharmaceutical, cosmetics, handicrafts and leather tanning. Increased concern for health and the environment to make natural dyes for coloring the main alternative to synthetic dyes, in addition to products with natural dyes have a good market. Keywords natural dyes, source, chemical compounds, usabilityPerancangan Busana Casual Wanita Dari Bahan Jumputan Dipadu Bahan LurikT PrihatinS M KusumasariT. Prihatin and S. M. Kusumasari, "Perancangan Busana Casual Wanita Dari Bahan Jumputan Dipadu Bahan Lurik," J. Socia Akad., vol. 6, no. 1, pp. 1-8, 2020, [Online]. Available Adalah Industri Paling Banyak Menghasilkan Polusi di DuniaS SaxS. Sax, "Fashion Adalah Industri Paling Banyak Menghasilkan Polusi di Dunia," 2018. shion-adalah-industri-paling-banyakmenghasilkan-polusi-di-dunia accessed Dec. 01, 2022.A New Textiles Economy Redesigning Fashion's FutureEllen Macarthur FoundationEllen Macarthur Foundation, "A New Textiles Economy Redesigning Fashion's Future." accessed Dec. 22, 2022.Pemanfaatan Daun Mimba Sebagai Zat Warna Alam TekstilE Septianti PutriD WidihastutiE. Septianti Putri and D. Widihastuti, "Pemanfaatan Daun Mimba Sebagai Zat Warna Alam Tekstil," pp. 1-12, 2019, [Online]. Available Kualitatif Teknik Analisis Data DeskriptifKhasanah Latifah UswatunLatifah Uswatun Khasanah, "Penelitian Kualitatif Teknik Analisis Data Deskriptif," wibesite, 2021. accessed Dec. 23, 2022.8 Pengertian Penelitian Deskriptif Menurut Para AhliKrisnanKrisnan, "8 Pengertian Penelitian Deskriptif Menurut Para Ahli," wibesite, 2022. Jurnal Da Moda accessed Dec. 22, 2022.Pengertian Data Serta Definisi Data Menurut Para Ahli -Definisi dan Pengertian Menurut "Pengertian Data Serta Definisi Data Menurut Para Ahli -Definisi dan Pengertian Menurut Ahli," 2016. accessed Dec. 22, 2022.Pengaruh Mordan Air Kelapa Pada Pencelupan Bahan Katun Menggunakan Ekstrak Umbi Temulawak Curcuma Xanthorriza RoxbS MartalindaAvailable 044943%0A [12] S. MARTALINDA, "Pengaruh Mordan Air Kelapa Pada Pencelupan Bahan Katun Menggunakan Ekstrak Umbi Temulawak Curcuma Xanthorriza Roxb," E-Journal Home Econ. Tour., vol. 2, no. 1, pp. 1-16, Jenis Zat Fiksasi Terhadap Ketahanan Luntur Warna Pada Tekstil Katun, Sutera, Satin Menggunakan Zat Warna Biji Buah Durian Durio zibethinus MurrayD A YonandaD. A. Yonanda, "Pengaruh Jenis Zat Fiksasi Terhadap Ketahanan Luntur Warna Pada Tekstil Katun, Sutera, Satin Menggunakan Zat Warna Biji Buah Durian Durio zibethinus Murray," Tugas Akhir Skripsi, vol. 6, no. 1, pp. 1-148, 2019.
Jelaszat pewarna ini tidak boleh dikonsumsi. (Baca Juga: Belum Ada Kulkas, Begini Cara Mengawetkan Makanan di Zaman Purba) Tapi sayangnya, pedagang ingin untung banyak jika memproduksi makanan yanmg menggunakan pewarna, Jadilah mereka pilih pewarna tekstil karen harganya lebih murah draipada pewarna makanan.
Home Fashion Minggu, 25 Oktober 2020 - 0358 WIBloading... Ahli pewarna rambut sedang menjelaskan mewarnai rambut saat di rumah saja. Foto/dok LOreal A A A JAKARTA - Warna rambut indah dapat membuat penampilan seseorang semakin mempesona dan menambah kepercayaan diri. Salah satu tren yang terus meraih popularitas saat ini adalah Balayage yang berarti Melukis dalam bahasa Perancis. Tone warna Ash dan Ash Brown pada rambut pun kian menjadi topik bahasan populer di media sederhana, Balayage dapat diartikan sebagai sebuah teknik pewarnaan rambut yang memperhatikan estetika harmonis antara penempatan warna terang dan gelap sehingga menghasilkan tampilan rambut maksimal dengan gradasi cantik dan menawan. Teknik ini pastinya menuntut keterampilan hairdresser dalam mengkombinasikan gradasi warna sehingga terlihat seimbang, oleh karena itu apabila hasil rambut Balayage telah tercapai dengan sempurna, maka sungguh sayang jika cepat pudar atau brassy. Baca juga ssst Ini Rahasia Gol Cantik Gundogan “Pada dasarnya rambut yang diwarnai akan pudar dan menguning perlahan-lahan seiring dengan seringnya frekuensi keramas Namun ada hal-hal yang patut diperhatikan untuk menghindari hasil warna rambut cepat kembali pudar atau brassy”,” sebut Indra Tanudarma, Head of Education L’Oréal adalah 5 hal yang perlu hindari agar rambut tidak cepat pudar 1. Keramas menggunakan air yang terlalu panas dan terlalu seringKeramas menggunakan air yang terlalu panas dan sering setelah mewarnai rambut dapat semakin mempercepat dengan frekuensi maksimal 2 hari sekalisudah cukup untuk menjaga rambut dan kulit kepala tetap bersih, dan warna tidak semakin cepat shampoo yang kurang tepatRambut yang diwarnai pastinya butuh perawatan yang tepat. Jika tidak, maka bisa dipastikan warna rambut akan mudah luntur dan memudar. Pemilihanshampoo khusus untuk perawatan rambut Balayage pun harus cermat. Shampoo yang tepat adalah shampoo yang bebas sulfat sulfate-free seperti Vitamino A-OX Soft Cleanser dari L’Oréal Professionnel. Cara mudah bagi Anda untuk mencermati shampoo yang mengandung sulfat atau deterjen adalah dengan melihat kadar busa ketika keramas. Semakin banyak busa yang muncul, maka semakin banyak pula. kandungan sulfat yang berujung pada semakin cepat menghilangkan warna rambut. Sementara itu, teknik keramas yang dianjurkan adalah dengan memijit kulit kepala secara menyeluruh tapi tidak terlalu jeli dalam memilih kondisionerSama seperti frekuensi keramas, maka kondisioner juga digunakan secara ideal dengan frekuensi 2 hari sekali. Contoh kondisioner yang dapat digunakan bagi konsumen yang baru saja mendapatkan warna rambut Balayage adalah Silver Neutralizing Conditioner dari L’Oréal Professionnel karena kandungan blue violet pigment akan menetralkan warna kuning, membuat warna rambut tetap cool dan tidak terlalu brassy.Baca juga Studi Pewarna Rambut Permanen Dapat Tingkatkan Risiko Kanker pada Wanita trend rambut brand kecantikan pewarna rambut tidak pudar awet Baca Berita Terkait Lainnya Berita Terkini More 8 menit yang lalu 17 menit yang lalu 38 menit yang lalu 55 menit yang lalu 59 menit yang lalu 1 jam yang lalu
ZatPewarna Alam (ZPA) yaitu zat warna yang berasal dari bahan-bahan alam pada umumnya dari hasil ekstrak tumbuhan atau hewan. amien. Walaupun kita terpisahkan oleh jarak dan waktu, semoga cinta kita tidak pudar, semoga Allah menjaga cinta kita. Aku mencintaimu karena Allah, Insya Allah. Jagalah hatimu di saat kita jauh, aku juga senantiasa TUTORIAL MORDANTING PADA KAIN Beberapa zat warna akan cepat pudar jika warnanya tanpa proses mordanting. Agar zat pewarna alam tidak pudar dan dapat menempel dengan baik di Kain, maka proses pewarnaannya didahului dengan mordanting yaitu memasukkan unsur logam ke dalam mordanting pada Kain adalah sebagai berikut1. Kain direndam dalam larutan 2 Sendok Makan TRO yang di campur dalam 1 Ember Air selama satu Cuci bersih dan tutorialnya Proses dilanjutkan dengan1. Rebus 5 liter air yang mengandung di campur tawas 2 sendok makan dan soda abu 2 sendok makan hingga Masukan Kain satu persatu dan selalu di bolak-balik dalam air mendidih selama 1 Matikan Api dan diamkan Kain tetap didalam Rebusan Air Diamkan selama satu Bilas dan Keringkan selanjutnya siap untuk di beri Pola Motif sesuai sekera simak video berikut Semoga bermanfa'at dan Selalau yang belum Subscribe kelik tombol Subscribe, like, shere dan apabila ada request, Pertanyan silahkan tulis di kolom Chanel kami, chanel tentang Seni, Budaya dan KerajinanFollow Instagram kamiKunjungi Blog kamiVideo yang terkait1. Membuat Warna Dasar Ecoprint2. Proses Fiksasi3. Kombinasi Steaming dan PoundingMordantingtutorialecoprintwarna alammembuatandan mengaplikasian ekstrak zat warna alami dari buah Mangrove jenis Rhizophora stylosa dalam skala pilot planuntuk pewarnaan batik. Batik. TINJAUAN PUSTAKA Zat warna alami adalah zat warna yang diperoleh dari alam atau tumbuhan baik secara langsung maupun tidak langsung.Secara tradisional zat warna alami diperoleh dengan
Jakarta - Ketika membeli pakaian, biasanya tertera label petunjuk perawatan, mulai dari cara mencuci hingga menyetrika, agar bahan dan warnanya lebih tahan lama. Sebab, beberapa jenis bahan pakaian menggunakan zat pewarna yang bisa luntur sehingga warnanya cepat pudar. Sama seperti kulit atau rambut, pakaian juga terpengaruh oleh lingkungan, bahan kimia, dan cara kita merawat, mencuci, mengeringkan, atau menyimpannya. Pakaian juga terpengaruh dengan perubahan cuaca, suhu, dan luntur dan memudar ketika zat pewarna hilang dari serat pakaian. Biasanya, pakaian luntur karena terlalu banyak diwarnai agar terlihat bagus di toko atau jenis pewarna yang buruk. Beberapa pewarna mentransfer warna ketika mereka bergesekan dengan permukaan lain atau larut saat kain basah. Selain itu, bahan kimia dapat melepaskan atau memutihkan warna, seperti halnya sinar ultraviolet. Biasanya terdapat petunjuk di label produk. Jika melihat peringatan seperti “warna dapat luntur”, “jangan gunakan deterjen”, “cuci sebelum dipakai”, atau “gunakan air dingin”, kemungkinan warna cantik tersebut dapat memudar. Jika label tidak menyebutkan peringatan ini, pakaian kemungkinan tahan luntur. Selain itu, kain sintetis mempertahankan warna lebih baik daripada serat alami, seperti kapas atau wol, tipd mencuci pakaian agar warnanya tahan lama. Ada beberapa cara agar warna asli pakaian bisa bertahan lebih lama. Untuk mencuci tanpa khawatir, gunakan tips ini untuk mengurangi memudar dan luntur. - Pisahkan warna cerah dan pastel dari pakaian berwarna gelap, lalu cuci warna serupa bersama-sama-Jika ada pewarna yang terlepas, pewarna tersebut tidak akan menghitamkan pakaian lain. Balikkan pakaian dari dalam ke luar untuk mengurangi gesekan yang menyebabkan pakaian luntur di luar. Cobalah dan cuci tangan dengan lembut untuk pakaian halus, khususnya atasan dan T-shirt, ini juga membantupakaian agar tidak kehilangan kain berat... 12 Selanjutnya